Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Bahaya Self-Diagnosis dan Kesehatan Mental

Artikel dipublikasikan : 28 Desember 2022 22:18
Dibaca : 4254 kali

Foto : Freepik

Berkat internet kita bisa menemukan berbagai informasi yang kita butuhkan. Salah satunya, tentang kesehatan. Keterbukaan akses informasi ini lantas membuat sebagian orang mencoba untuk melakukan self diagnosis terhadap gejala-gejala penyakit yang mereka derita. Tahukah Anda, bahayanya self diagnosis itu? Terutama bagi kesehatan mental Anda sendiri? 

Penulis : Sholahudin Achmad

Teknologi mesin pencari di internet membuat orang dapat menemukan informasi apa saja dengan cepat. Demikian pula saat mereka mencari informasi kesehatan. Banyak sekali informasinya. 

Terkadang bagi sebagian orang, banyaknya informasi yang tersedia ini dapat menggoda untuk mencari tahu sendiri penyebab dari gejala-gejala kesehatan yang dialaminya melalui internet, daripada harus konsultasi dengan dokter. 

Fenomena tersebut dikatakan sebagai self-diagnosis. Apakah self diagnosis ini berbahaya? Jawabannya, ya! Self diagnosis itu berbahaya. Karena bisa berdampak buruk pada kesehatan mental Anda. 

Mesin pencari dapat memunculkan penyakit terkait yang memiliki gejala serupa. Ini berarti, bahkan jika kita memiliki kondisi ringan, kita bisa mendapatkan hasil untuk masalah serius yang mengancam jiwa. Tetapi tidak ada cara untuk mengetahui sepenuhnya semua yang terjadi tanpa menemui dokter.

Menelusuri hasil ini tidak ada gunanya. Anda pada akhirnya akan menyebabkan diri Anda lebih stres yang bahkan memperburuk kesehatan.

Dari mereka yang mencoba mendiagnosis diri sendiri di internet, 74% menjadi stres karena hasil pencarian mereka. Lebih berbahaya lagi jika orang meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka memiliki kondisi yang mereka temui. Jika mereka merasa stres dan percaya bahwa mereka sakit, mereka mungkin mencoba mengobati diri mereka sendiri yang dapat menyebabkan lebih banyak ruginya daripada kebaikan.

Pengertian Self-Diagnosis

Self-diagnosis adalah mendiagnosis diri sendiri mengidap sebuah gangguan atau penyakit berdasarkan pengetahuan diri sendiri atau informasi yang didapatkan secara mandiri. Orang yang melakukan self-diagnosis berasumsi,  seolah-olah dirinya benar-benar mengetahui masalah kesehatan yang dialaminya.

Padahal, keyakinan tersebut hanya berdasarkan informasi yang dimiliki sendiri, yang boleh jadi adalah keliru. Contohnya misalnya soal bipolar. Anda merasa mengidapnya lantaran sering mengalami perubahan suasana hati. 

Kenyataannya, perubahan suasana hati bisa menjadi gejala dari banyak gangguan kesehatan mental yang berbeda. Gangguan kepribadian dan depresi berat adalah dua contoh diagnosis lainnya. 

Kesalahan dalam melakukan diagnosis itu berbahaya. Karena Anda bisa saja akan mengambil jalan pengobatan yang salah. 

Selain itu, resiko mengalami kondisi kesehatan yang lebih parah pun akan bertambah besar bila Anda sembarangan minum obat atau menjalani metode pengobatan yang tidak dianjurkan oleh dokter.

Oleh karena itu, seharusnya Anda meminta bantuan tenaga ahli medis seperti dokter untuk mendiagnosis gejala kesehatan yang Anda alami. Sampaikan apa saja gejala yang Anda alami secara rinci, dan sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung. Informasi tersebut dapat membantu dokter untuk membuat diagnosis yang tepat. 

Self-Diagnosis dan kesehatan mental

Self-diagnosis dan kesehatan mental berkaitan. Ketika Anda melakukan self-diagnosis, kesehatan mental  Anda dapat terpengaruh dan mengakibatkan Anda bisa mengalami kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu. 

Katakanlah ketika Anda sering merasa pusing akhir-akhir ini, lalu Anda cari tahu sendiri mengenai apa kira-kira penyebab gejala pusing tersebut melalui internet. Kemudian dari 

hasil pencarian, Anda ternyata mendapati bahwa sakit kepala yang sering muncul bisa mengindikasikan penyakit otak serius, seperti tumor otak. 

Selanjutnya, kecemasan pun terjadi pada diri Anda. Bahkan bisa membuat Anda stress memikirkannya, karena mengira sedang mengidap tumor otak. 

Padahal, itu belum tentu benar. Belum tentu Anda mempunyai penyakit yang serius tetapi Anda sudah stress duluan.

Setelah melakukan self-diagnosis, bukan tidak mungkin Anda akan mengalami gangguan kecemasan umum akibat kekhawatiran yang dirasakan. 

Gangguan kecemasan umum adalah kondisi mental yang biasanya ditandai dengan kekhawatiran berlebihan terhadap situasi tertentu.

Selain menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu yang bisa berujung pada gangguan kecemasan umum, self-diagnosis juga bisa membuat masalah kesehatan mental tertentu menjadi tidak terdiagnosis. Gangguan mental biasanya tidak muncul sendirian, melainkan juga disertai oleh gangguan mental lainnya.

Misalnya, Anda mungkin diliputi kecemasan dan berasumsi bahwa kamu mengalami gangguan kecemasan. Namun, gangguan kecemasan bisa menutupi gangguan depresi mayor. Sekitar dua pertiga orang yang mengunjungi klinik rawat jalan dengan gangguan kecemasan juga mengalami depresi.

Ketika dua atau lebih sindrom terjadi bersamaan pada orang yang sama, hal ini disebut komorbiditas. Jadi, self-diagnosis menyebabkan seseorang melewatkan komorbiditas yang ada. Demikianlah bahaya self-diagnosis terhadap kesehatan mental.

Jadi, sebaiknya jangan menjadi dokter bagi diri sendiri dengan melakukan self-diagnosis. Bila kamu mengalami gejala kesehatan tertentu, sebaiknya tanyakan pada dokter mengenai penyebab gejala kesehatan yang kamu alami. 

Kesehatan mental

Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, atau stres berat jangka panjang.

Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental. 

Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri.

Beberapa jenis gangguan mental yang umum ditemukan, antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis. Beberapa penyakit mental hanya terjadi pada jenis pengidap tertentu, seperti postpartum depression hanya menyerang ibu setelah melahirkan.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental (mental health) adalah lebih dari tidak adanya gangguan mental.  Melansir WHO, dalam artikel Mental Health: Strengthening Our Response, apa itu kesehatan mental didefinisikan sebagai berikut: 

“Kesehatan mental adalah keadaan mental sejahtera,  yang memungkinkan orang untuk mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuan mereka, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, dan berkontribusi pada komunitas mereka.” 

Baca Juga: Alasan Dibalik Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

Faktor penentu kesehatan mental

Faktor penentu kesehatan mental, menurut WHO, meliputi faktor individu, sosial, dan struktural.  

Faktor individu, misalnya adalah kondisi psikologis dan biologis, seperti keterampilan emosional, penggunaan zat tertentu, atau genetika dapat membuat orang lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental.

Sedangkan faktor sosial dan struktural, adalah dampak atau paparan dari keadaan sosial, ekonomi, geopolitik, dan lingkungan yang tidak menguntungkan yang meliputi masalah kemiskinan, kekerasan, ketidaksetaraan, dan deprivasi lingkungan. Ini juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi kesehatan mental.

Kesehatan mental berhubungan erat dengan kognitif, perilaku, dan kesejahteraan emosional. Ketiga hal tersebut berkaitan dengan bagaimana orang memiliki kemampuan berpikir, merasa, dan berperilaku. 

9 Masalah dan Bahaya Self Diagnosis 

encari diagnosis secara online membawa kita ke lubang kelinci yang penuh kekhawatiran dan stres. Informasi medis online juga tidak selalu benar. Karena itu, diagnosis diri dapat memiliki efek negatif. Tetapi 65% orang Amerika masih mencoba mendiagnosis gejala mereka secara online. Ada alasan kami pergi ke dokter untuk perawatan kesehatan: mereka ahlinya, dan kami tidak.

Berikut ini  adalah 9 masalah dan bahaya dari self diagnosis: 

  1. Menyebabkan Stres Dari Malapetaka yang Akan Datang

  2. Mengonsumsi Obat yang Tidak Efektif atau Mencampur

  3. Menimbulkan Biaya yang Tidak Perlu

  4. Mengarah ke Sumber yang Tidak Dapat Diandalkan

  5. Berbagi Berita Palsu

  6. Salah tafsir dan Kebingungan

  7. Stres pada Dokter

  8. Setiap Pasien Berbeda

  9. Pengabaian dan Perasaan Putus Asa

Kecemasan kesehatan adalah kondisi nyata yang memengaruhi sekitar 5% orang tetapi dapat memengaruhi mendekati 12% karena kemungkinan besar tidak dilaporkan. Mereka yang memiliki kecemasan kesehatan terobsesi dengan berpikir bahwa mereka memiliki masalah medis yang serius tetapi tidak terdiagnosis.

Mereka percaya bahwa mereka sakit parah, meskipun hanya menunjukkan gejala ringan. Jika mereka sehat tanpa masalah sama sekali, mereka dapat menekankan bahwa ada sesuatu yang salah.

________________ 

Referensi: 

Psychology Today (diakses pada 2022), The Dangers of Self-Diagnosis.

Etactics (2020), 9 Problems With and Dangers of Self-Diagnosis 

Unicef Indonesia (diakses pada 2022), 6 Tips Remaja Bisa Menjaga Kesehatan Mental Selama Corona Virus (COVID-19)
CDC (2021), About Mental Health. 
Strengthening Mental Health Promotion. Fact sheet no. 220. Geneva, Switzerland: World Health Organization.
Chronic Illness & Mental Health. Bethesda, MD: National Institutes of Health, National Institute of Mental Health. 2015.
Kessler RC, Angermeyer M, Anthony JC, et al. Lifetime prevalence and age-of-onset distributions of mental disorders in the World Health Organization’s World Mental Health Survey Initiative. World Psychiatry. 2007;6(3):168-176.

 

 

 

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com