Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah
Foto : Freepik
Stunting adalah kondisi ketika tinggi badan anak kurang bila dibandingkan dengan umurnya, akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang. Kondisi ini dialami oleh anak yang mengalami gangguan pertumbuhan, yang menyebabkan tubuhnya lebih pendek dari teman-teman seusianya.
Penulis : Sholahudin Achmad
Kabar buruknya, stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa dikembalikan seperti semula. Anak yang telah mengalami stunting sejak masih balita, pertumbuhannya akan terus lambat hingga ia dewasa. Saat puber, anak tersebut juga tidak dapat mencapai pertumbuhan maksimal akibat sudah terkena stunting di waktu kecil.
Oleh karena itu, bagaimana mencegah stunting sangat penting dipahami oleh para orang tua yang sedang merencanakan untuk memiliki bayi atau yang anak-anaknya sedang dalam masa pertumbuhan.
Penyebab Stunting
Mengetahui penyebab stunting akan memberikan kewaspadaan pada orang tua, sehingga dapat mencegah terjadinya stunting pada anak.
Penyebab utama stunting adalah malnutrisi dalam jangka panjang atau kronis. Bayi yang sejak dalam kandungan ibu telah mengalami kekurangan asupan gizi dapat mengalami malnutrisi.
Selain itu, anak-anak yang kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi selama masa pertumbuhan juga bisa mengalami stunting.
Faktor risiko stunting
Berikut ini faktor resiko stunting pada anak yang dapat terjadi apabila ibu hamil memiliki beberapa kondisi atau faktor berikut:
Intrauterine growth restriction (IUGR)
Perawakan pendek
Berat badan ibu tidak naik selama kehamilan
Tingkat pendidikan rendah
Kemiskinan
Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dan tidak mendapatkan akses untuk air bersih
Sedangkan pada anak, faktor resiko stunting dapat terjadi karena beberapa kondisi berikut :
Mengalami penelantaran
Tidak mendapatkan ASI eksklusif
Mendapatkan gizi MPASI (makanan pendamig ASI) yang berkualitas buruk
Menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi, seperti penyakit TBC, anemia, penyakit jantung bawaan, infeksi kronis, serta sindrom malabsorbsi
Gejala Stunting
Gejala stunting sering tidak disadari, karena anak hanya diduga memiliki tubuh yang pendek. Tetapi, saat anak berusia dua tahun, gejala stunting umumnya dapat terlihat.
Gejala yang dapat terlihat pada anak yang mengalami stunting adalah:
Tubuh anak lebih pendek dibandingkan standar tinggi badan anak seusianya
Berat badan anak bisa lebih rendah untuk anak seusianya
Pertumbuhan tulang terhambat
Mudah sakit
Gangguan belajar
Gangguan tumbuh kembang
Saat menderita penyakit kronis, anak yang mengalami stunting dapat terkena beberapa gejala, seperti tidak aktif bermain, batuk kronis, demam, serta berkeringat pada malam hari, tubuh anak membiru ketika menangis atau sianosis, sering lemas, sesak nafas, ujung jari berbentuk seperti tabuh (clubbing finger). Sedangkan pada bayi, gejalanya berupa tidak dapat menyusu dengan baik
Anak pendek adalah ciri-ciri dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si kecil, termasuk stunting pada anak. Tetapi, anak pendek belum tentu stunting, sedangkan anak stunting pasti terlihat pendek.
Pencegahan Stunting
Stunting bisa dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan resikonya. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan, diantaranya adalah dengan memenuhi asupan gizi yang cukup sebelum merencanakan kehamilan dan selama kehamilan.
Pemantauan kesehatan secara optimal beserta penanganannya, pada 1.000 hari pertama kehidupan bayi, penting dilakukan. Yaitu sejak pembuahan sel telur hingga anak berusia 2 tahun. Pastikan pula anak Anda mendapatkan imunisasi lengkap
Berikut ini cara mencegah stunting menurut Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga:
Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) secara rutin dan berkala.
Melakukan proses persalinan di fasilitas kesehatan terdekat, seperti dokter, bidan, maupun puskesmas.
Memberikan makanan tinggi kalori, protein, serta mikronutrien untuk bayi (TKPM).
Melakukan deteksi penyakit menular dan tidak menular sejak dini.
Memberantas kemungkinan anak terserang cacingan.
Melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.
Anda bisa berdiskusi dengan dokter kandungan untuk melakukan pencegahan stunting yang sudah disarankan di atas.
Bagaimana cara mencegah stunting pada anak balita?
Cara mencegah stunting pada balita adalah sebagai berikut:
Rutin memantau pertumbuhan perkembangan balita.
Memberikan makanan tambahan (PMT) untuk balita.
Melakukan stimulasi dini perkembangan anak.
Memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk anak.
Anda bisa berdiskusi dengan dokter anak untuk menyesuaikan dengan kebiasaan si kecil, agar pencegahan stunting bisa dilakukan.
Bagaimana mencegah stunting untuk anak usia sekolah ?
Pencegahan stunting pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara memberikan asupan gizi sesuai kebutuhan harian anak.Selain itu, juga ajarkan anak-anak mengenai pengetahuan terkait gizi dan kesehatan. Lakukan secara perlahan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak.
Sementara untuk remaja, meski stunting tidak bisa diobati, tapi masih bisa dilakukan perawatan. Yaitu dengan membiasakan remaja untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan tidak memakai narkoba. Selain itu, penting juga untuk mengajarkan anak mengenai kesehatan reproduksi. Anda bisa melakukannya pada anak yang sudah masuk usia remaja, yaitu 14-17 tahun.
Komplikasi dan dampak stunting
Stunting yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan komplikasi berupa:
Gangguan perkembangan otak anak sehingga mengganggu proses belajar dan menurunkan prestasinya
Penyakit metabolik ketika dewasa, seperti obesitas dan diabetes
Anak sering sakit dan terkena infeksi
Dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya, serta gangguan metabolisme.
Dampak jangka panjang stunting yang tidak ditangani dengan baik sedini mungkin adalah:
Menurunkan kemampuan perkembangan kognitif otak anak
Kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit
Risiko tinggi munculnya penyakit metabolik seperti kegemukan.
Penyakit jantung.
Penyakit pembuluh darah.
Kesulitan belajar.
Bahkan, ketika sudah dewasa nanti, anak dengan tubuh pendek akan memiliki tingkat produktivitas yang rendah dan sulit bersaing dalam dunia kerja.
Anak perempuan yang mengalami stunting berisiko untuk mengalami masalah kesehatan dan perkembangan pada keturunannya saat sudah dewasa. Biasanya, ini terjadi pada wanita dewasa dengan tinggi badan kurang dari 145 cm karena mengalami kondisi ini sejak kecil.
Ibu hamil yang bertubuh pendek di bawah rata-rata (maternal stunting) akan mengalami perlambatan aliran darah ke janin serta pertumbuhan rahim dan plasenta. Kemungkinannya kondisi tersebut bisa berdampak pada kondisi bayi yang dilahirkan.
Bayi yang lahir dari ibu dengan tinggi badan di bawah rata-rata berisiko mengalami komplikasi medis yang serius, bahkan pertumbuhan yang terhambat. Perkembangan saraf dan kemampuan intelektual bayi tersebut bisa terhambat, dan tinggi badan anak tidak sesuai usia.
Selayaknya stunting yang berlangsung sejak kecil, bayi dengan kondisi tersebut juga akan terus mengalami hal yang sama sampai ia beranjak dewasa.
__________________
Referensi :
Oktaviansyah, N., Sumarni, S., & Aliftitah, S. (2021). Faktor yang Memengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Usia 2–5 Tahun di Kepulauan Mandangin. Jurnal Kesehatan, 14(1), pp. 46–54.
Vaivada, T., et al. (2020). Stunting in Childhood: An Overview of Global Burden, Trends, Determinants, and Drivers of Decline. The American Journal of Clinical Nutrition, 112(2), pp. 777S–91S.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Perawakan Pendek pada Anak dan Remaja di Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018). Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018). Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Mengenal Stunting dan Gizi Buruk. Penyebab, Gejala, dan Mencegah.
Centers for Disease Control and Prevention (2022). Congenital Heart Defects (CHDSs). What are Congenital Heart Defects?
National Health Service UK (2020). Health A to Z. Your Baby’s Weight and Height.
Cleveland Clinic (2021). Diagnostics & Testing. Chest X-Ray.
Miles, K. Baby Center (2022). Average Weight and Growth Chart for Babies, Toddlers, and Kids.
Watson, D. WebMD (2020). Infant Nutrition: The First 6 Months.
Tahun 2022 Angka Prevalensi Stunting Harus Turun Setidaknya 3%” – Stunting. (2022). https://stunting.go.id/tahun-2022-angka-prevalensi-stunting-harus-turun-setidaknya-3/
Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi – Direktorat P2PTM. (2022). http://p2ptm.kemkes.go.id/post/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi
Global nutrition targets 2025: stunting policy brief. (2022) https://www.who.int/publications/i/item/WHO-NMH-NHD-14.3
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022) https://www.kemkes.go.id/article/view/21122800001/penurunan-prevalensi-stunting-tahun-2021-sebagai-modal-menuju-generasi-emas-indonesia-2045.html
Malnutrition. (2022). https://www.who.int/health-topics/malnutrition#tab=tab_1
Monawarah, S. (2022). Buku Saku Stunting Desa.pdf. Retrieved 29 September 2022, https://www.academia.edu/35659902/Buku_Saku_Stunting_Desa_pdf
Stunting: What it is and what it means. (2022). https://www.concernusa.org/story/what-is-stunting/
What Is Stunting and Why It Matters | Stunting in Indonesia | Stunting Prevention. (2022). https://www.tanotofoundation.org/en/news/what-is-stunting-and-why-it-matters/