Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah
Kita telah mengenal HIV (Human Immunodeficiency Virus) hampir 40 tahun lalu. ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) telah menjalani Terapi Antiretroviral (ART) yang dimulai sejak dekade 90-an. Namun, virus ini masih terus berkembang meskipun angkanya ditekan sekecil mungkin. Berikut 4 fakta ART yang perlu diketahui:
ART Bisa Menekan Virus Sampai Tak Terdeteksi
HIV tidak bisa disembuhkan secara total. Namun, Terapi antiretroviral (ART) dengan Obat Antiretroviral (ORV) dapat menekan laju virus dalam darah sehingga pengidapnya bisa menjaga tubuh mereka untuk tetap sehat, bisa beraktivitas serta tidak menularkannya ke orang lain.
Terapi ART telah menurunkan jumlah kematian pengidap HIV selama dua dekade terakhir. Cara kerja obat ARV adalah dengan menekan jumlah virus dalam darah (viral load) sehingga tidak menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah adalah jenis sel darah putih atau limfosit yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh disebut sebagai sel-T.
Apa saja obat ARV yang telah digunakan? Terdapat beberapa kelas obat ARV seperti:
protease inhibitors
integrase inhibitors
nucleoside/nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTIs)
non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs)
chemokine co-receptor antagonists
entry inhibitors
Kelas-kelas obat ini digolongkan dari apa fungsinya dalam menekan virus. Seperti diketahui, HIV menyerang sel darah dengan cara menginfeksi sel kemudian kode genetik dari HIV (RNA) ini akan berubah menjadi DNA dari sel. Saat sel menggandakan diri akibatnya DNA HIV juga aktif dan jumlah sel darah baru yang terinfeksi akan semakin banyak.
Contoh fungsi kelas obat misalnya golongan obat anti-HIV pertama yaitu nucleoside reverse transcriptase inhibitor atau NRTI, juga disebut analog nukleosida. Obat golongan ini menghambat bahan genetik HIV diubah dari RNA menjadi DNA. Pemeriksaan HIV RNA sendiri dilakukan sejak awal pengobatan, dilanjutkan tiap 3-4 bulan selama masa pengobatan. Setiap golongan memakai obat ARV yang berbeda. Obat yang biasanya digunakan misalnya Efavirenz, Etravirine, Nevirapine, Lamivudin dan Zidovudin.
Baca Juga: Jauhi Penyebab HIV AIDS, Salah Satunya Perilaku Homoseks
Pemakaian obat ORV terkadang dilakukan dengan kombinasi tiga obat. Alasannya, sewaktu HIV menggandakan diri, sebagian besar bibit HIV baru menjadi sedikit berbeda dengan aslinya. Jenis berbeda ini disebut mutasi. Sebagian besar mutasi langsung mati, tetapi beberapanya terus menggandakan diri, walaupun seorang pengidap telah memakai obat ARV. Mutasi tersebut ternyata kebal terhadap obat. Jika ini terjadi, obat tidak bekerja lagi, alias virus HIV telah mengembangkan resistantansinya.
Jika hanya satu ARV dipakai, virus secara mudah mengembangkan resistansi terhadapnya. Tetapi jika dua jenis obat dipakai, virus bermutasi harus unggul terhadap dua obat ini sekaligus. Dan jika tiga jenis obat dipakai, kemungkinan mutasi dapat sekaligus unggul terhadap semuanya sangat kecil.
Memakai kombinasi tiga obat berarti pengembangan resistansi memakan jauh lebih banyak waktu. Oleh karena itu, penggunaan hanya satu jenis obat (yang disebut monoterapi) sangat tidak dianjurkan.
Sebuah tes darah yang disebut tes viral load bisa mengukur jumlah HIV dalam aliran darah kita. Jika mengkonsumsi obat ARV, viral load ini bisa menjadi rendah bahkan sampai ukuran virus tak terdeteksi. Orang dengan viral load yang lebih rendah sampai tak terdeteksi bisa tetap sehat lebih lama dan beraktivitas seperti biasanya.
ART Digunakan Seumur Hidup
Kapan terapi ART dijalankan sebaiknya sesegera mungkin setelah berkonsultasi dengan dokter. Obat ini tidak dijual bebas di apotek tetapi bisa didapatkan di beberapa Puskesmas. Biasanya, terapi dilakukan jika viral load di atas 100.000, jumlah CD4 di bawah 350, atau ada gejala penyakit HIV, misalnya kandidiasis. Keputusan untuk memulai ART sangat penting, dan sebaiknya dibahas dahulu dengan dokter.
Selama mengkonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respon pasien terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3-6 bulan. Pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal pengobatan, dilanjutkan tiap 3-4 bulan selama masa pengobatan.
Pasien harus segera mengkonsumsi ARV begitu didiagnosis menderita HIV, agar perkembangan virus HIV dapat dikendalikan. Menunda pengobatan hanya akan membuat virus terus merusak sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penderita HIV terserang AIDS. Selain itu, penting bagi pasien untuk mengkonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Melewatkan konsumsi obat akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pasien.
Obat ARV dikonsumsi seumur hidup. Bila pasien melewatkan jadwal konsumsi obat, harus minum begitu ingat dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Bila dosis yang terlewat cukup banyak, harus menanyakan ke dokter dan dokter dapat mengganti resep atau dosis obat sesuai kondisi pasien saat itu.
Berikut salah satu contoh dosis penggunaan obat ARV yaitu dengan obat Nevirapine berbentuk kaplet:
Dewasa: Dikombinasikan dengan obat antiretroviral lain. Dosis 200 mg, 1 kali sehari, untuk 14 hari pertama. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 200 mg, 2 kali sehari, jika tidak muncul ruam kulit. Jika pengobatan dihentikan tiba-tiba sebelum 7 hari pertama, dosis harus diulang dengan dosis yang lebih rendah selama 14 hari.
Anak-anak usia 2 bulan sampai 8 tahun: Dikombinasikan dengan obat antiretroviral Dosis 4 mg/kgBB, 1 kali sehari, untuk 14 hari pertama. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 7 mg/kgBB, 2 kali sehari, jika tidak muncul ruam kulit.
Anak-anak usia 8–16 tahun: Dikombinasikan dengan obat antiretroviral lain. Dosis 4 mg/kgBB, 1 kali sehari, untuk 14 hari pertama. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 4 mg/kgBB, 2 kali sehari. Dosis maksimal 400 mg per hari.
Baca Juga: Waspadai 6 Cara Penularan HIV AID, Terutama Bagi Ibu Hamil
ART Aman untuk Ibu Hamil
Pengobatan HIV juga bisa digunakan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Aturan yang berbeda jika dipakai oleh ibu menyusui.
Terapi antiretroviral (ART) dini diberikan untuk wanita hamil yang positif mengidap HIV dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan mencegah penularan HIV ke janin selama masa kehamilan dan menyusui.
Beberapa obat untuk HIV ternyata tidak cocok untuk dikonsumsi selama masa kehamilan, karena beresiko membahayakan janin. Jadi, bagi ibu hamil yang terinfeksi HIV, selalu tanyakan keamanan obat-obatan HIV pada dokter kandungan sebelum mengkonsumsinya.
Salah satu contoh adalah penggunaan zidovudin Sampai saat ini belum ada data adekuat mengenai penggunaan zidovudin pada wanita hamil. Namun, terdapat laporan terjadinya hiperlaktatemia yang kemungkinan disebabkan disfungsi mitokondria pada bayi dengan paparan in utero terhadap zidovudin. Sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala dan bersifat sementara, namun beberapa kasus mengalami keterlambatan dalam perkembangan, kejang, dan penyakit neurologis lain. Hubungan sebab akibat tersebut belum diketahui secara pasti.
Untuk ibu menyusui, obat ARV seperti Zidovudin diekskresikan dalam ASI. CDC merekomendasikan untuk seluruh Ibu dengan infeksi HIV tidak boleh menyusui untuk mencegah resiko penularan infeksi HIV setelah kelahiran dan efek samping pada bayi yang mendapatkan ASI dari Ibu yang terinfeksi virus HIV. Namun, WHO menyarankan ibu dengan infeksi HIV yang sudah mendapat terapi antiretroviral boleh menyusui bayinya.
ART Masih Memiliki Efek Samping
Pasien HIV juga dapat mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari. Karena itu, pasien perlu mengetahui efek samping yang timbul akibat konsumsi obat ini, di antaranya:
Diare.
Mual dan muntah.
Mulut kering.
Kerapuhan tulang.
Kadar gula darah tinggi.
Kadar kolesterol abnormal.
Kerusakan jaringan otot (rhabdomyolysis).
Penyakit jantung.
Pusing.
Sakit kepala.
Sulit tidur.
Tubuh terasa lelah..
Jadi efek samping ART terbagi dua:
Jangka pendek
Efek samping obat hiv jangka pendek meliputi kelelahan, mual, diare dan ruam. Efek samping obat ARV ini dapat berlangsung hingga beberapa minggu dan membaik seiring tubuh menyesuaikan dengan pengobatan. Efek samping ARV yang bersifat sementara lainnya dapat meliputi sakit kepala, demam, nyeri otot dan pusing.
Beberapa mengeluhkan badannya menjadi semakin kurus setelah meminum obat ARV disebabkan kelelahan, anemia, perubahan warna kulit, persebaran lemak yang tidak merata, gangguan pencernaan seperti mual, muntah atau diare.
Jangka panjang
Gangguan hati, yang bisa ditandai dengan penyakit kuning, sakit perut, urine berwarna gelap, atau kelelahan
Penyakit tiroid, yang bisa ditandai dengan gelisah, denyut jantung cepat atau tidak teratur, atau bengkak di leher
Baca Juga: Waspadai Empat Tahapan HIV Menjadi AIDS
Demikian 4 fakta terapi anti retroviral dalam pengobatan HIV AIDS. Semoga kita bisa saling menjaga pola hidup sehat tanpa resiko dan menurunkan angka penyebaran HIV AIDS.