Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Apakah Pertumbuhan Penduduk Berkurang dengan Vasektomi Gratis?

Artikel dipublikasikan : 5 Desember 2022 14:55
Dibaca : 694 kali

Foto : Freepik

Vasektomi merupakan prosedur kontrasepsi yang dilakukan untuk kaum pria. Caranya adalah  dengan memutus penyaluran sperma ke air mani agar air mani tidak akan mengandung sperma, sehingga kehamilan dapat dicegah.

Penulis : Sholahudin Achmad

Metode kontrasepsi sterilisasi dengan cara vasektomi masih kurang populer dan jarang dilakukan di Indonesia. Padahal di luar negeri, tingkat partisipasinya bisa mencapai lebih dari 30 persen, karena sangat efektif mencegah kehamilan.

Rendahnya tingkat partisipasi pria untuk melakukan vasektomi tidak lepas dari stigma yang mengakar kuat di masyarakat dan akses yang tersedia untuk itu. Banyak laki-laki yang ingin melakukan vasektomi tetapi tidak punya biaya atau tidak tahu harus kemana untuk mendapatkan layanan ini. 

Di sisi lain, stigma negatif bahwa pria yang melakukan vasektomi adalah pria yang ingin “jajan” juga kerap membuat vasektomi menjadi hal yang dihindari.  Ada juga yang menakut-nakuti mengenai bahaya vasektomi terhadap keturunan dan sebagainya. 

Selain itu, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat partisipasi pria terhadap alat kontrasepsi KB dikarenakan pria ingin menang sendiri. 

Apa itu vasektomi? 

Vasektomi merupakan prosedur vasektomi yang dilakukan melalui operasi bedah minor dengan pemberian anestesi lokal pada area testis dan skrotum. Saluran yang dilalui sperma dari testis akan dipotong dan diikat guna mencegah sperma mencapai air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi ketika berhubungan seksual.

Nama lain dari vasektomi adalah sterilisasi atau kontrasepsi permanen pada pria. Prosedur ini memiliki resiko komplikasi yang relatif lebih kecil, tidak menghabiskan banyak waktu untuk pemulihan, tetapi sangat efektif untuk mencegah kehamilan.

Jika ditanyakan, apakah pertumbuhan penduduk berkurang dengan vasektomi gratis? Jawabannya, tentu saja, iya!  

Vasektomi dapat dilakukan kepada pasien yang tidak berkeinginan memiliki anak lagi. Metode kontrasepsi ini relatif membutuhkan waktu perawatan di rumah sakit yang lebih singkat.

Namun, operasi untuk membuka kembali saluran sperma tidak selalu berhasil dilakukan.

Siapa yang perlu melakukan vasektomi? 

Sesungguhnya vasektomi dapat dilakukan pada pria usia berapa saja, meskipun dokter tidak menganjurkan bila dilakukan pada pria berusia di bawah 30 tahun dan belum memiliki anak. 

Ada beberapa pertimbangan khusus sebelum melakukan vasektomi, seperti pria yang sedang mengonsumsi obat antikoagulan dan antiplatelet, seperti warfarin atau aspirin. Pria yang menderita infeksi kulit akut akibat kecelakaan atau memiliki luka parut pada skrotum juga harus berhati-hati dengan vasektomi. Atau pria yang memiliki kelainan anatomi pada organ reproduksi, seperti varikokel atau hidrokel yang besar. 

Selain itu, juga perlu dipertimbangkan dalam vasektomi untuk pria yang mempunyai kondisi sebagai berikut: 

  • Menderita kelainan darah atau perdarahan yang berlebihan

  • Memiliki alergi atau sensitif terhadap anestesi lokal atau antibiotik

  • Pernah menjalani operasi pada alat kelamin

  • Mengalami infeksi saluran kemih atau infeksi kelamin yang berulang

Persiapan sebelum vasektomi

Sebelum melakukan vasektomi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pasien. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan kepada pasien dan menanyakan alasan pasien ingin melakukan vasektomi. Dokter juga perlu memastikan kesiapan pasien terhadap prosedur vasektomi agar nantinya tidak ada penyesalan di kemudian hari.

Selain itu, dokter juga akan menjelaskan seputar prosedur vasektomi, mulai dari persiapan hingga komplikasi yang mungkin terjadi.

Pasien biasanya diminta untuk melakukan beberapa hal berikut:

  • Tidak mengonsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin atau warfarin, selama 7 hari sebelum vasektomi

  • Membersihkan alat kelamin dan mencukur bulu kelamin di seluruh skrotum 1 hari sebelum vasektomi dilakukan

  • Menghindari konsumsi makanan berat dan mengganti dengan kudapan ringan sebelum vasektomi

  • Membawa pakaian dalam yang ketat untuk dipakai setelah vasektomi, guna menopang skrotum dan mengurangi pembengkakan yang terjadi

  • Mengajak seseorang untuk menemani dan mengantar pulang setelah vasektomi

Prosedur vasektomi

Vasektomi dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik oleh dokter bedah umum atau dokter spesialis urologi. Waktu pelaksanaan prosedur vasektomi berkisar antara 10–30 menit.

Vasektomi dapat dilakukan dengan dua teknik bedah, yaitu teknik konvensional dan teknik tanpa pisau bedah. Berikut ini penjelasannya: 

Teknik konvensional

Tahapan prosedur vasektomi menggunakan teknik konvensional adalah sebagai berikut :

  • Pasien akan dibius terlebih dahulu dengan bius lokal di area testis dan skrotum.

  • Dokter akan membuat sayatan 1–2 sayatan kecil di sisi skrotum, sehingga dokter dapat menjangkau saluran sperma (vas deferens).

  • Setelah itu, kedua saluran sperma dipotong dan ujung masing-masing saluran dijahit atau ditutup menggunakan diathermy (alat perekat dengan pemanasan suhu tinggi).

  • Kemudian, masing-masing sayatan akan dijahit dengan benang yang dapat diserap kulit.

Teknik tanpa pemotongan saluran sperma

Tahapan prosedur vasektomi dengan teknik tanpa pemotongan saluran sperma adalah sebagai berikut:

  • Pasien akan dibius terlebih dahulu dengan bius lokal di area testis dan skrotum.

  • Dokter akan menjepit saluran sperma (vas deferens) di bawah kulit skrotum dari luar dengan klem (penjepit).

  • Setelah itu, dokter akan membuat lubang kecil pada kulit di atas saluran sperma.

  • Dokter akan membuka lubang tersebut dengan menggunakan sepasang alat penjepit khusus untuk menjangkau saluran sperma.

  • Saluran sperma dilubangi sedikit untuk memasukkan jarum kauter.

  • Jarum kauter dimasukkan ke dalam saluran sperma, lalu dialiri listrik sambil perlahan-lahan ditarik ke luar. Tujuannya adalah agar permukaan dalam saluran sperma mengalami luka bakar yang kemudian akan menyumbat saluran sperma.

Perdarahan dan rasa nyeri pada vasektomi tanpa pemotongan saluran sperma lebih ringan bagi pasien dibandingkan dengan teknik vasektomi konvensional.

Selain dengan kauter, penyumbatan saluran sperma tanpa harus dipotong juga dapat dilakukan dengan pemasangan vasclip. Akan tetapi, metode ini kurang efektif bila dibandingkan dengan vasektomi menggunakan kauter maupun vasektomi konvensional.

Apa yang harus dilakukan setelah vasektomi?

Selama 1–2 jam setelah vasektomi, pasien masih dapat merasakan efek pembiusan pada skrotum. Setelah efek bius hilang, pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri dan bengkak yang umumnya akan menghilang dalam waktu beberapa hari.

Untuk meredakan nyeri dan bengkak, pasien dianjurkan untuk mengompres skrotum dengan kantong es setidaknya selama 36 jam, beristirahat selama 24 jam, dan menggunakan perban atau pakaian dalam yang ketat untuk menyangga skrotum setidaknya selama 48 jam usai vasektomi. 

Obat pereda nyeri seperti Paracetamol juga dapat dikonsumsi apabila diperlukan.

Beberapa hal lain yang juga perlu diperhatikan dan dilakukan setelah vasektomi adalah:

  • Menjaga kebersihan diri dengan mandi setelah operasi dan mengeringkan daerah bekas operasi secara perlahan

  • Memulai aktivitas normal secara bertahap setelah 2–3 hari usai prosedur vasektomi

  • Menghindari kegiatan berat, seperti berolahraga atau mengangkat beban, selama 3 hari setelah vasektomi, karena dapat menyebabkan nyeri atau perdarahan di dalam skrotum

  • Menggunakan kontrasepsi lain untuk mencegah kehamilan, karena biasanya sperma masih tersisa di dalam saluran vas deferens hingga 15–20 ejakulasi

  • Tidak melakukan hubungan seks dulu selama beberapa hari setelah vasektomi, hingga rasa nyerinya hilang

  • Melakukan tes setidaknya 12 minggu setelah vasektomi untuk memastikan air mani bersih dari sperma

  • Menggunakan kondom ketika berhubungan seks, karena vasektomi tidak dapat mencegah infeksi menular seksual

Komplikasi Vasektomi

Meski jarang terjadi, vasektomi dapat menimbulkan beberapa komplikasi, seperti:

  • Infeksi pada luka bekas sayatan

  • Pengumpulan darah (hematoma) di dalam skrotum

  • Granuloma sperma

  • Testis terasa penuh

  • Nyeri pada testis

______________________________

Referensi: 

Detik Health (2021), Mayoritas Pria Indonesia Ogah Ikut KB, Inikah Alasannya? 

American Academy of Family Physicians (2020),  Vasectomy: What to Expect.

National Health Service UK (2018), Vasectomy (Male Sterilisation).

Cleveland Clinic (2020), Vasectomy (Male Sterilization): Procedure Details.

Mayo Clinic (2019), Tests & Procedures. Vasectomy.

Harvard Health Publishing (2019), Vasectomy.

Healthline (2020), What’s the Difference Between Semen and Sperm? And 12 Other FAQs.

Medscape (2016), No Scalpel Vasectomy.

Penn Medicine (2020), 5 Facts You Should Know Before Having a Vasectomy.

Planned Parenthood (2017), Vasectomy.

Web MD (2019), Vasectomy.

 

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com