Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Bahaya Penggunaan Kokain yang Harus Dipahami

Artikel dipublikasikan : 16 Februari 2024 20:36
Dibaca : 506 kali

Kokain merupakan zat terlarang dengan banyak bahan berbahaya yang terkandung di dalamnya, serta resiko yang harus ditanggung oleh penggunanya. Kokain juga menjadi obat stimulasi yang sangat adiktif dan psikoaktif.

Kokain biasanya dijual dalam bentuk bubuk kristal putih halus seperti garam hidroklorida. Bubuk kokain ini digunakan dengan cara dihirup atau dilarutkan dengan air,  dan disuntikkan ke dalam tubuh dalam bentuk apapun. Penggunaan kokain merupakan hal yang ilegal jika digunakan sebagai narkoba.

Freebase merupakan kokain hidroklorida yang diolah untuk menghilangkan garam hidroklorida. Bentuknya tidak larut dalam air tetapi dapat dipanaskan dan diuapkan atau diasapi karena lelehannya yang lebih rendah.

Risiko kesehatan yang harus ditanggung pengguna kokain antara lain dapat menyebabkan efek jangka panjang dan jangka pendek. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bahaya kokain agar dapat menghindari penggunaannya demi menjaga keselamatan dan kesehatan diri sendiri.

Asal mula kokain

Kokain berasal dari daun koka, dan telah digunakan selama berabad-abad dalam berbagai penerapan budaya. Obat murni ini diekstraksi dari semak erythroxylon coca yang pada umumnya ditemukan di negara-negara Amerika Selatan seperti Peru, Bolivia, dan Kolombia.  Infus atau teh daun koka itu telah lam digunakan untuk memerangi penyakit ketinggian dan meningkatkan energi di banyak suku asli Amerika Selatan.

Pada awalnya penggunaan obat tersebut tidak hanya terbatas pada negara-negara Amerika Selatan. Di AS, bahan ini ditemukan sebagai bahan aktif dalam banyak obat ampuh dan tonik yang digunakan pada awal tahun 1900-an dan bahkan ditemukan dalam produk Coca-Cola pada saat itu.

Cara kerja kokain

Cara kerja kokain yaitu dengan meningkatkan kadar neurotransmitter tertentu yang berada di dalam otak, khususnya dopamin. Dopamin sendiri merupakan zat kimia yang berperan dalam mengatur suasana hati, motivasi, dan persepsi kesenangan dalam diri.

Saat seseorang menggunakan kokain zat tersebut mengganggu proses normal reabsorpsi dopamin untuk kembali ke dalam sel-sel saraf setelah dilepaskan. Hal itu mengakibatkan dopamin tetap berada di dalam celah antar sel otak untuk jangka waktu yang lebih lama dari biasanya, sehingga menyebabkan perasaan euforia dan meningkatkan mood.

Di samping itu, kokain juga dapat mempengaruhi sistem saraf otomatis tubuh seperti yang mengendalikan fungsi jantung tekanan darah dan suhu tubuh. Hal itu juga dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, serta melemahkan pembuluh darah.

Peningkatan dopamin dan pengaruh pada sistem saraf otonom menjadi efek gabungan dari apa yang menyebabkan efek stimulan dari kokain. Contohnya seperti perasaan energi euforia dan perasaan percaya diri yang tinggi.

Cara kokain digunakan

  • Dihirup

Sebagian besar orang yang menggunakan kokain dengan cara dihirup lebih sering mengalami beberapa jenis komplikasi. Contohnya seperti pengerasan kulit intranasal sinusitis kronis atau mimisan berulang. Masalah lain yang diakibatkan oleh penggunaan kokain yang dihirup yaitu hilangnya penciuman dan masalah dalam menelan.

Penggunaan kokain dengan cara dihirup juga dapat menyebabkan cedera paru-paru dan barotrauma, yaitu kondisi di mana rusaknya fisik pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh perubahan volume gas kompartemen tubuh yang berkaitan dengan tekanan di dalam paru atau cairan yang ada di sekitarnya.

Di samping itu, beberapa kasus yang disebabkan oleh penggunaan kokain dengan cara dihirup adalah pneumotoraks di mana kondisi paru-paru kolaps emfisema dan pneumomediastinum.

  • Ditelan

Penggunaan kokain dengan cara oral atau ditelan dapat menyebabkan sariawan. Selain itu, perawatan gigi juga akan menjadi rumit apabila menggunakan kokain dengan sistem oral. Penggunaan kokain dengan cara oral juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berkaitan dengan anestesi gigi.

Efek kokain terhadap sistem kardiovaskular

Seseorang yang menggunakan kokain juga memiliki risiko terkena dampak pada sistem kardiovaskular yang dapat menyebabkan kondisi kronis dan akut. Dengan berbagai mekanisme penggunaan kokain dapat meningkatkan risiko kondisi seperti :

  • hipertensi akut dan spasme koroner
  • Aritmia
  • Diseksi aorta
  • Endokarditis
  • Serangan jantung
  • Kardiomiopati
  • Aterosklerosis
  • Penyakit arteri koroner

Efek samping

Hal-hal berikut merupakan efek samping yang bisa terjadi apabila seseorang menggunakan kokain:

  • Denyut jantung  dan tekanan darah meningkat

Penggunaan kokain dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah yang signifikan sehingga dapat meningkatkan serangan jantung dan stroke.

  • Gangguan sistem pernapasan

Penggunaan zat berbahaya kokain dapat menyebabkan gangguan pernapasan yaitu meningkatnya risiko terkena pneumonia dan masalah pernapasan lainnya.

  • Masalah gangguan mental

Penggunaan kokain dapat menyebabkan gejala seperti kecemasan, paranoid, psikosis dan halusinasi.

  • Kerusakan organ

Penggunaan kokain dapat menyebabkan kerusakan organ yaitu yang ada pada jantung, paru-paru hati dan ginjal.

  • Kecanduan

Penggunaan kokain dapat memiliki potensi besar untuk menyebabkan kecanduan, sehingga dapat membuat seseorang kehilangan kendali atas penggunaannya dan mengalami kesulitan dalam menghentikannya.

  • Kerusakan otak

Menggunakan kokain dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan otak, kehilangan memori atau kemampuan mengingat, gangguan mental, dan masalah kesehatan fisik serius lainnya.

Cara mengobati kecanduan kokain

Penyalahgunaan kokain yang telah meluas mendorong upaya untuk melakukan program pengobatan bagi para penyalahgunaan narkoba jenis ini. Sebagian besar dari penyalahgunaan yang terjadi pada program pengobatan yaitu perokok dan cenderung menyalahgunakan berbagai macam obat. Banyak dari mereka yang mungkin perlu untuk tinggal di pusat rehabilitasi selama menjalani perawatan.

Agar mendapatkan pengobatan yang berhasil, diperlukan sesi bantuan dari para terapis, dengan cara :

  • Terapi perilaku kognitif

Terapi ini akan mengajarkan kemampuan untuk membantu seseorang mengenali situasi yang paling memungkinkan menggunakan obat  dan menghindari situasi tersebut. Hal ini penting untuk dilakukan agar dapat membantu mencegah kekambuhan.

  • Manajemen kontingensi

Terapi ini disebut juga sebagai insentif motivasi yaitu sistem yang berpusat pada penghargaan untuk pantangan. Hal tersebut dapat menjadi efektif dalam mengurangi penggunaan narkoba jenis kokain oleh pasien dalam pengobatan  ini.

  • Kelompok pemulihan berbasis komunitas

Kelompok komunitas ini biasanya menggunakan program yang dapat membantu dalam mempertahankan pantangan kokain.

Belum ada obat yang disetujui FDA untuk mengobati kecanduan kokain.  Tetapi penelitian terus berlangsung. Salah satu yang menjadi prioritas penelitian utama Institut Penyalahgunaan Narkoba Nasional (NIDA) adalah menemukan obat yang dapat menghentikan atau mengurangi dampaknya, untuk digunakan sebagai salah satu bagian dari program pengobatan komprehensif. Penelitian yang dilakukan terus berfokus pada neurotransmitter dopamin, serotonin, gamma-aminobutyric acid (GABA), glutamat, dan norepinefrin yang terlibat dalam pesan kimiawi di otak.

Berikut merupakan beberapa obat yang telah diselidiki keamanan penggunaannya dalam mengobati kecanduan kokain.

  • Lorcaserin ( Belviq , Belviq XR )
  • Obat penurun berat badan yang disetujui FDA yang bekerja pada reseptor serotonin.
  • Disulfiram ( Antabuse ), obat yang disetujui FDA yang digunakan untuk mengobati alkoholisme, menunjukkan hasil yang menjanjikan.
  • Vaksin kokain sedang diteliti; itu merangsang antibodi yang mengikat kokain dan mencegahnya masuk ke otak.

Untuk dapat mencapai hasil yang sukses maksimal dan efektif diperlukan untuk memberikan kombinasi pengobatan dan layanan yang optimal. Setelah itu, kombinasi kedua perawatan tersebut mungkin akan menjadi pilihan pengobatan yang paling efektif.

 

____________________________________

Referensi :

Bellum S. (2012). Cocaine and the developing brain.

Cocaine. (2019).

Cocaine: Drug facts. (2018).

Ersche KD, et al. (2012). Cocaine dependence: A fast-track for brain ageing? DOI:

Gourley SL, et al. (2009). Loss of dendrite stabilization by the Abl-related gene (Arg) kinase regulates behavioral flexibility and sensitivity to cocaine. DOI:

Guha P, et al. (2016). Cocaine elicits autophagic cytotoxicity via a nitric oxide-GAPDH signaling cascade. DOI:

Johns Hopkins Medicine. (2016). New evidence in mice that cocaine makes brain cells cannibalize themselves [Press release].

Lane SD, et al. (2010). Diffusion tensor imaging and decision making in cocaine dependence. DOI:

Muñoz-Cuevas FJ, et al. (2013). Cocaine-induced structural plasticity in frontal cortex correlates with conditioned place preference. DOI:

Nestler EJ. (2005). The neurobiology of cocaine addiction.

Potvin S, et al. (2014). Cocaine and cognition: A systematic quantitative review. DOI:

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com