Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Benarkah Micin Bisa Bikin bodoh ?

Artikel dipublikasikan : 9 Februari 2023 12:44
Dibaca : 1824 kali

Foto: Freepik

Monosodium Glutamat atau MSG atau yang lazim dikenal dengan nama “micin” konon katanya bisa bikin bodoh. Benarkah demikian, ataukah ini hanyalah sekedar mitos ? 

Penulis : Sholahudin Achmad

Bumbu penyedap masakan yang populer digunakan masyarakat adalah micin. Micin atau Monosodium Glutamat (MSG) menjadi bumbu utama di dapur. Selain itu, micin juga sering ditambahkan ke berbagai makanan, sayuran kaleng, sup, hingga daging olahan. 

Micin berasal dari asam L-glutamat, yang secara alami terdapat di dalam berbagai makanan. Asam L-glutamat adalah asam amino nonesensial, dimana tubuh Anda dapat memproduksinya sendiri dan tidak perlu mendapatkannya dari makanan. 

Apa itu MSG? 

MSG adalah bubuk kristal berwarna putih, tidak berbau, yang biasa digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Dalam industri makanan, bumbu ini dikenal sebagai E621. Bahan ini mudah larut dalam air, terpisah menjadi natrium dan glutamat bebas. 

MSG diproses dari fermentasi sumber karbohidrat seperti bit gula, tebu, dan molase. Namun, tidak ada perbedaan kimiawi antara asam glutamat yang ditemukan secara alami di beberapa makanan dan yang ditemukan di MSG. Artinya, tubuh Anda tidak dapat membedakan kedua jenis tersebut.

Rasa MSG 

MSG memiliki rasa khusus yang dikenal sebagai umami, yakni rasa dasar kelima di samping manis, asam, asin, dan pahit. Umami memiliki rasa seperti daging yang mengacu pada adanya protein dalam makanan. 

Selain MSG, senyawa umami lainnya termasuk inosin 5'-monofosfat (IMP) dan guanosin 5'-monofosfat (GMP).

MSG populer dalam masakan Asia dan digunakan dalam berbagai makanan olahan di Barat. Diperkirakan asupan harian rata-rata orang adalah 0,3–1,0 gram.

Penambah rasa

Efek penambah rasa dari MSG adalah karena rasa umami-nya, yang menginduksi sekresi air liur. Dengan kata lain, rasa umami membuat air liur Anda, yang dapat meningkatkan cita rasa makanan.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa zat umami dapat menurunkan keinginan untuk mengasinkan makanan. Garam adalah penambah rasa lainnya.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa mengganti garam dengan MSG dapat mengurangi asupan natrium sekitar 3% tanpa mengorbankan rasa.

MSG juga dapat digunakan sebagai pengganti garam dalam produk rendah natrium seperti sup, makanan kemasan, daging dingin, dan produk susu. 

Micin bisa bikin bodoh?

Konon katanya, bila terlalu banyak mengonsumsi MSG atau micin itu dapat membuat bodoh. Sebagian orang meyakininya hingga saat ini. Namun, apakah benar mengonsumsi micin bisa bikin bodoh?

Mengapa orang berpikir micin itu berbahaya?

Micin mulai mendapatkan reputasi buruk pada tahun 1960-an ketika seorang dokter Cina-Amerika Robert Ho Man Kwok menulis surat kepada New England Journal of Medicine untuk menjelaskan bahwa ia jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan Cina.

Dokter ini menulis bahwa dirinya yakin gejala yang dialaminya bisa diakibatkan oleh konsumsi alkohol, sodium, atau MSG. 

Surat tersebut memicu banyak informasi yang salah tentang MSG, yang kemungkinan besar terkait dengan bias saat ini terhadap imigran Tiongkok dan masakan mereka. Surat tersebut mengarah pada penunjukan gejala Kwok sebagai "sindrom restoran Cina", yang kemudian menjadi "kompleks gejala MSG" (MSC). 

Belakangan, banyak penelitian mendukung reputasi buruk MSG, menyatakan bahwa zat ini sangat beracun. 

Namun, bukti yang ada hingga saat ini masih mempertanyakan keakuratan penelitian sebelumnya karena beberapa alasan yang meliputi : 

  • kurangnya kelompok kontrol yang memadai

  • ukuran sampel kecil

  • kelemahan metodologis

  • kurangnya ketepatan dosis

  • penggunaan dosis yang sangat tinggi yang jauh melebihi yang dikonsumsi dalam pola makan biasa

  • pemberian MSG melalui rute dengan sedikit atau tanpa relevansi dengan asupan makanan oral, seperti suntikan

Micin diakui aman 

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration), Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) dan European Food Safety Association (EFSA) telah mengklasifikasikan MSG sebagai bahan makanan yang umumnya diakui aman. 

Otoritas kesehatan tersebut juga telah menentukan asupan harian yang dapat diterima (ADI) sebesar 14 mg per pon (30 mg per kilogram) berat badan per hari. 

Namun demikian, ketika MSG ditambahkan ke makanan, FDA mengharuskannya untuk dicantumkan pada label. FDA sendiri telah menerima banyak laporan tentang reaksi yang dikaitkan dengan makanan yang mengandung MSG. 

Reaksi-reaksi yang disebut sebagai kompleks gejala MSG itu meliputi:

  • Sakit kepala

  • Pembilasan

  • Berkeringat

  • Tekanan wajah atau sesak

  • Kurang rasa (mati rasa), kesemutan atau terbakar di wajah, leher dan daerah lainnya

  • Detak jantung yang cepat dan berdebar-debar

  • Nyeri dada

  • Merasa sakit (mual)

  • Lesu

Tetapi hingga kini para peneliti tidak menemukan bukti yang jelas tentang hubungan antara MSG dan gejala-gejala di atas. 

Namun, para peneliti mengakui bahwa sejumlah kecil orang mungkin memiliki reaksi jangka pendek terhadap MSG. Gejala seringkali ringan dan tidak perlu diobati. Satu-satunya cara untuk mencegah reaksi adalah dengan tidak mengonsumsi makanan yang mengandung MSG.

Apakah micin bisa bikin bodoh? 

Dilansir dari CNN Indonesia (2022), menurut seorang Ahli Gizi Klinis di Rumah Sakit Melinda Bandung, Johanes Chandrawinata, belum ada bukti ilmiah apapun yang membenarkan pendapat bahwa micin bisa membuat seseorang menjadi bodoh. 

Penjelasannya adalah, asupan MSG dalam makanan di Amerika jumlahnya kurang dari satu gram per orang. Sementara di Jepang hampir dua gram per orang per hari. Jadi asupan MSG dalam makanan di Jepang lebih banyak dua kali lipat dari  di Amerika. Tetapi, apakah orang Jepang yang juga senang makan soyu dan kecap, lebih bodoh dari orang Amerika? Tentu,  tidak. Jadi, ini adalah mitos yang salah, kata dokter tersebut.
Mitos lain yang dibantah oleh dokter ahli gizi klinis tersebut adalah pemikiran bahwa MSG atau micin bisa menyebabkan kanker. Penelitian yang memperkuat mitos ini dilakukan terhadap tikus, padahal percobaan lain terhadap anjing justru terbukti salah. Tikus berbeda sistem kemihnya, jadi pada anjing dan kera percobaan itu tidak pernah ditemukan. 
Oleh karena itu, sesuai anjuran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Johanes memastikan MSG tidak berbahaya dalam jumlah yang tak berlebihan. Bahan penambah rasa makanan ini bahkan masuk dalam kategori tambahan pangan yang aman.
 

___________________
Referensi : 

Mayo Clinic (2022), What is MSG? Is it bad for you?

Questions and answers on monosodium glutamate (MSG). U.S. Food and Drug Administration. http://www.fda.gov/food/ingredientspackaginglabeling/foodadditivesingredients/ucm328728.htm. (diakses pada 2023). 

AskMayoExpert. Ophthalmic migraine (typical aura without migraine). Mayo Clinic; 2021.

Simon RA. Allergies and asthmatic medications to food additives. https://www.uptodate.com/contents/search. (diakses pada 2023). 

Ferri F. Food and drug additive reactions. Clinical overview. https://www.clinicalkey.com. (diakses apda 2023). 

Wahlstedt A, et al. MSG is A-OK: Exploring the xenophobic history of and best practices for consuming monosodium glutamate. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics. https://www.clinicalkey.com (diakses pada 2023). 

CNN Indonesia (2022), Mitos atau Fakta: Benarkah Micin Bikin Bodoh ?

 

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com