Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Kenali Penyebab dan Gejala Penyakit Skizofrenia Paranoid

Artikel dipublikasikan : 30 November 2021 13:30
Dibaca : 676 kali

Penyakit skizofrenia paranoid sering dialami oleh kalangan usia 18-30 tahun. Apa penyebabnya, dan bagaimana gejala penyakit skizofrenia paranoid dapat Anda simak di sini. 

Penyakit skizofrenia paranoid merupakan gangguan kejiwaan dimana penderita akan mengalami delusi dan halusinasi. Delusi adalah keyakinan akan adanya atau terjadinya sesuatu yang tidak nyata. Pada beberapa kasus, delusi dapat membahayakan atau mencelakakan diri penderita maupun orang di sekitar.  

Meskipun lingkungan di sekelilingnya dalam kondisi aman tanpa ada suatu apapun yang membahayakan, namun penderita penyakit skizofrenia paranoid akan mengalami kecurigaan atau ketakutan berlebihan terhadap sesuatu yang tidak nyata. Penderita akan merasa seperti sedang diperintah atau dikendalikan oleh orang lain.  Bisa juga merasa seakan-akan ada orang yang sedang mengintai atau memata-matai gerak gerik penderita penyakit skizofrenia paranoid.  Atau merasa seolah-olah ada orang atau teman yang hendak mencelakakan dirinya. 

Penderita penyakit skizofrenia paranoid sering mengalami halusinasi pendengaran. Seolah-olah mendengar sesuatu atau bisikan dari seseorang. Hal tersebut kemudian memengaruhi pikiran dan perilaku yang tidak wajar hingga mendorong untuk bunuh diri. 

Penyebab penyakit skizofrenia paranoid

Meskipun sering dialami oleh kalangan usia 18-30 tahun, namun sebetulnya semua kalangan usia dapat terkena penyakit skizofrenia paranoid. Tak ada pengecualian. Dan, sampai dengan saat ini masih belum diketahui secara pasti apa penyebab penyakit skizofrenia. 

  • Struktur otak yang berbeda 

Sementara yang baru dapat diketahui adalah faktor resiko terkena penyakit kejiwaan tersebut saja.  Misalnya, salah satunya disebabkan oleh adanya kelainan dan gangguan pada otak.  Struktur otak penderita penyakit  skizofrenia terlihat  berbeda dengan orang yang normal. Pada penderita skizofrenia, ruang di otak yang disebut ventrikel terlihat lebih besar, sedangkan bagian otak yang berhubungan dengan memori atau lobus temporal medial memiliki ukuran yang lebih kecil. Selain itu, juga terlihat lebih sedikit konektor diantara sel-sel otak penderita skizofrenia. Perbedaan struktur otak penderita skizofrenia itu, menurut penelitian, sudah sejak lahir menunjukkan perbedaan. 

  • Perbedaan zat kimia pada otak

Penderita skizofrenia juga cenderung memiliki perbedaan dalam zat kimia otak yang disebut neurotransmitter. Zat tersebut bertanggung jawab sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh. 

  • Kekurangan oksigen saat lahir

Faktor resiko penyebab penyakit skizofrenia paranoid juga dikaitkan dengan hipoksia atau kekurangan oksigen. Kondisi rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan ini juga dapat menyebabkan sel dan jaringan yang ada di seluruh bagian tubuh tidak dapat berfungsi dengan normal.

  • Trauma pada masa kecil

Berbagai peristiwa atau kejadian yang dialami oleh penderita skizofrenia paranoid pada masa kecil, atau masa kanak-kanak, dapat meningkatkan faktor resiko terkena gangguan kejiwaan setelah dewasa. Misalnya, peristiwa perundungan, pelecehan seksual, dan menghadapi penceraian atau kehilangan orang tua. 

  • Infeksi virus 

Infeksi virus yang berlangsung selama masa anak-anak atau saat janin berada  di dalam kandungan juga dapat dikaitkan dengan faktor resiko penyakit skizofrenia paranoid. 

Gejala penyakit skizofrenia paranoid

Gejala utama yang dirasakan oleh penderita penyakit skizofrenia paranoid adalah munculnya delusi dan halusinasi, terutama berlangsung di dalam indera pendengaran.  Gejala tersebut dapat sembuh namun juga dapat menjadi semakin parah. 

Delusi yang paling umum terjadi adalah berupa meyakini adanya ancaman persekusi terhadap diri penderita. Delusi tersebut kemudian melahirkan kecemasan berlebihan dan rasa takut terhadap hal-hal yang tidak nyata terlihat. Misalnya delusi bahwa seseorang akan membunuhnya. Terjadinya delusi kejar ini menunjukkan bahwa penderita tidak dapat membedakan antara kenyataan dan ilusi.

Contoh gejala delusi misalnya merasa ada seorang yang sedang memata-matai aktivitas sehari-harinya, merasa ada  orang di sekitar yang sedang bersekongkol merencanakan untuk mencelakai dirinya, merasa teman-teman atau orang terdekat mencoba mencelakai dirinya sampai-sampai terbersit pemikiran adanya orang  yang memasukkan racun ke dalam makanannya, atau merasa pasangannya sedang berselingkuh. 

Gejala selain delusi dan halusinasi pada penderita penyakit skizofrenia paranoid adalah perilaku tidak terkontrol, kacau atau disorganized behavior, dan bicara yang sulit dimengerti atau dipahami.  

Gejala-gejala tersebut masih dapat dikategorikan sebagao gejala positif.

Gejala negatif

Gejala negatif pada penderita penyakit skizofrenia paranoid adalah berupa tidak bisa merasakan emosi, hilangnya minat terhadap aktivitas sehari-hari atau hobi atau pekerjaan yang sebelumnya menarik minat penderita, hingga dorongan untuk bunuh diri. 

Bila penderita penyakit skizofrenia paranoid tidak ditangani dengan tepat maka dorongan bunuh diri ini akan muncul.  Berbagai gejala skizofrenia paranoid dapat menyebabkan gangguan terhadap pekerjaan, hubungan dengan orang lain, atau bahkan dalam merawat diri sendiri. Oleh karena itu waspadai gejala delusi dan halusinasi, bila mulai dirasakan. Pergilah ke dokter untuk menjalani diagnosis. 

Diagnosis  untuk penderita skizofrenia paranoid

Saat berkonsultasi dengan dokter jiwa, diagnosis yang diberikan terhadap penderita penyakit skizofrenia paranoid  dilakukan dengan wawancara  atau tanya jawab terlebih dahulu. Dokter akan menanyakan berbagai  gejala yang dialami pasien, dan riwayat kesehatan pasien serta keluarga. 

Selanjutnya, dokter akan  melakukan  pemeriksaan fisik untuk mengetahui ada tidaknya penyakit atau kekerasan fisik yang dialami oleh pasien. Kemudian, dokter dapat  menentukan diagnosis pasien berdasarkan diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM-5).

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan oleh dokter kepada pasien penyakit skizofrenia paranoid. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya kondisi medis atau penyakit lain yang menjadi faktor penyebab atau penyerta gejala-gejala skizofrenia paranoid.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan cara tes darah. Dengan tes darah ini, dapat  diketahui apakah gejala pada pasien disebabkan oleh kecanduan alkohol atau penggunaan obat-obatan terlarang. 

Pemeriksaan CT scan, MRI, dan electroencephalogram (EEG), juga dapat dilakukan untuk melihat struktur otak, atau melihat ada tidaknya kelainan pada struktur otak dan pembuluh darah.

Selain itu, tes urin juga dapat dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya kecanduan terhadap zat tertentu.

Pemeriksaan fungsi luhur

Setelah diagnosis terhadap penyakit skizofrenia paranoid telah ditetapkan, maka selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan atau tes fungsi luhur. Pemeriksaan fungsi luhur merupakan suatu prosedur penilaian status neuropsikologis dan kemampuan kognitif seseorang. Pada umumnya tes fungsi luhur ini dilakukan untuk pasien stroke atau cedera otak. 

Dari tes ini akan terlihat bagaimana fungsi luhur dari hasil kerja asosiasi dan integrasi, dan pengolahan informasi antara bagian-bagian berbeda dari otak, yang mendasari tingkah laku atau neurobehaviour seseorang. 

Penilaian fungsi luhur mencakup beberapa aspek, yaitu : 

  • Fungsi kognitif: sensasi, persepsi, perhatian, pertimbangan

  • Fungsi memori: immediate memory, recent memory, remote memory

  • Fungsi bahasa: kefasihan berbahasa, tata bahasa dan sintaks

  • Fungsi visuospatial: persepsi visual, koordinasi persepsi dan motorik

  • Fungsi eksekutif: pemecahan masalah, inhibisi dan kontrol diri, pengambilan keputusan

  • Fungsi praxi: performa motorik halus, keterampilan

  • Fungsi emosi: stimulus, afek, impuls aktivitas

Demikian sekilas tentang penyakit skizofrenia paranoid yang perlu Anda ketahui. Ikuti terus artikel mengenai kesehatan yang disajikan oleh OkeKlinik. Anda juga dapat mengunduh aplikasi OkeKlinik di Play Store untuk dapat menggunakan layanan telekonsultasi kesehatan yang canggih dan murah ini.

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com