Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah
Pada umumnya kista bartholin yang telah ditangani dengan tepat, hanya 20% kemungkinannya akan muncul kembali. Namun jika kemudian cairan pada kelenjar bartholin ini kembali menumpuk, beberapa cara ini bisa dilakukan. Tentunya, harus dilakukan oleh dokter.
Kelenjar bartholin terletak pada kedua sisi bibir vagina. Fungsinya untuk mengeluarkan cairan pelumas, saat berhubungan seksual. Apabila cairan pada kelenjar bartholin ini menumpuk, akibat sumbatan yang terjadi pada saluran kelenjar, maka timbullah kista bartholin.
Jadi, buat kamu yang belum tahu, kista bartholin ini adalah berupa benjolan berisi cairan yang tersumbat di dalam kelenjar bartholin. Kista ini bisa semakin membesar seiring banyaknya cairan yang tersumbat. Bila terjadi infeksi bakteri, maka sumbatan akan semakin menumpuk dan menyebabkan kista berisi nanah atau disebut abses bartholin.
Tindakan medis untuk mengeluarkan nanah atau abses bartholini, pada umumnya adalah dengan membuat sayatan pada abses. Dokter mungkin juga akan memasang kateter.
Prosedur tersebut juga dapat dilakukan terhadap kista bartholin yang muncul kembali. Namun tentunya perlu didiskusikan dengan dokter yang sebelumnya menangani, apakah perlu melakukan tindakan serupa atau dengan cara lain.
Penanganan lainnya untuk mengatasi kista dan abses bartholin, selain mengeluarkan abses, adalah dengan cara sebagai berikut:
pemberian obat-obatan, berupa antibiotik dan anti-nyeri
marsupialisasi kista
pengangkatan kista
Pengangkatan kista dilakukan pada kista yang tidak tertangani dengan prosedur lain atau kondisi kambuhan. Yaitu kista yang terbentuk kembali setelah penanganan dengan cara lain.
Umumnya peluang kesembuhan dari tindakan penanganan tersebut sangat bagus, kasus kekambuhan dilaporkan kurang dari 20%.
Prosedur marsupialisasi adalah langkah pengobatan untuk mengeluarkan cairan dengan cara mengiris kista, lalu menjahit ujung pada kulit sekitarnya. Dengan demikian kista tetap dalam posisi terbuka. Hal itu dilakukan untuk mencegah terbentuknya kista baru.
Prosedur marsupialisasi juga dapat dikombinasikan dengan pemasangan kateter.
Cairan nanah yang menyumbat kelenjar bartholin dapat dikeluarkan dengan cara memasang selang dengan balon kateter. Dalam prosedur pengobatan ini, sayatan kecil perlu dibuat terlebih dahulu untuk memasukkan kateter ke dalam kista. Setelah itu balon dikembangkan untuk menjaga agar kateter tidak lepas dan dapat bertahan selama 2 sampai 6 minggu.
Tindakan operasi berupa operasi insisi dan drainase akan dilakukan bila ukurang kista cukup besar dan mengalami infeksi. Teknik operasi ini dengan cara membuat sayatan kecil atau insisi pada kista agar cairan nanah di dalamnya dapat keluar.
Jika seluruh upaya tidak berhasil, maka prosedur terakhir adalah dengan tindakan operasi untuk mengangkat seluruh kelenjar bartholin.
Kista bartholin kecil yang tidak menimbulkan gejala biasanya tidak perlu penanganan. Karena bisa sembuh dengan sendirinya.
Namun, pada sebagian kasus kista bartholin perlu dilakukan penanganan atau terapi yang dilakukan di rumah. Yakni, dengan terapi sitz bath atau berendam dengan air hangat.
Terapi duduk berendam di dalam air hangat setinggi panggul atau sitz bath ini, bertujuan untuk meredakan rasa nyeri dan tidak nyaman yang terjadi pada organ intim. Terapi ini terkadang bisa mengatasi kista yang masih berukuran kecil.
Lakukan sendiri terapi ini di rumah. Sitz bath bisa dilakukan di bath tub atau menggunakan baskom. Jika menggunakan baskom, caranya adalah sebagai berikut :
Cuci baskom sampai bersih.
Letakkan baskom di atas toilet duduk. Alas keset karet agar baskom tidak bergeser dudukannya.
Isi baskom dengan air hangat. Pastikan ketinggian air cukup untuk merendam area perineum atau area antara anus dengan organ intim.
Tambahkan garam laut yang tidak mengandung yodium, minyak zaitun, atau minyak esensial.
Duduklah di atas toilet dengan posisi bokong di dalam baskom, selama 20-30 menit,
Setelah selesai, tepuk-tepuk area intim dengan handuk bersih yang lembut hingga kering.
Terapi duduk berendam dengan air hangat sebaiknya dilakukan dua sampai tiga kali dalam sehari, selama empat hari, atau sampai kista bartholin pecah dan mengeluarkan cairan yang ada di dalamnya. Selanjutnya gunakan handuk hangat untuk mengompres area kista.
Minum obat pereda nyeri seperti paracetamol dan ibuprofen dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akibat kista bartholin. Selain itu, biasanya antibiotik juga diberikan untuk mengatasi infeksi penyebab timbulnya abses pada kista. Antibiotik digunakan pula ketika terjadi infeksi yang menyebar ke kulit atau jaringan di sekitar abses atau ketika penderita mengalami infeksi menular seksual.
Sebagian kasus kista bartholin bisa sembuh dengan sendirinya meskipun tanpa dilakukan pengobatan medis. Namun demikian, kamu tetap perlu berhati-hati terhadap kista bartholin. Karena ia bagaimanapun tumbuh di organ intim. Kehadirannya dapat mengganggu saat duduk atau ketika sedang melakukan hubungan intim dengan suami.
Kista bartholin seringkali menyerang wanita muda usia 20 hingga 30 tahun yang secara seksual masih aktif. Sebaliknya, wanita yang sudah menopause sangat kecil kemungkinannya terserang kista bartholin karena kelenjar bartholinnya sudah menyusut.
Pada umumnya, saat kelenjar bartholin mulai tersumbat maka akan timbul gejala berupa benjolan kecil yang tidak terasa sakit pada salah satu bibir vagina. Selain itu, warna di sekitar bibir vagina menjadi kemerahan dan bengkak. Penderita akan merasa tidak nyaman saat berjalan, duduk, dan berhubungan seksual.
Selanjutnya jika tak sembuh-sembuh atau terjadi infeksi maka cairan kista bisa menjadi abses atau nanah. Beberapa gejala lain akan menyertai, seperti misalnya, benjolan kista bartholin terasa nyeri dan lunak, vagina terlihat membengkak, keluar nanah benjolan, dan demam.
Komplikasi pada penderita kista bartholin dapat berlangsung karena kambuhnya kista atau infeksi. Infeksi bisa masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh hingga menyebabkan sepsis, walaupun hal ini jarang terjadi. Sepsis adalah komplikasi berbahaya akibat infeksi dan dapat menimbulkan tekanan darah turun drastis serta kerusakan pada banyak organ, serta kematian.
Makanan tidak berhubungan secara langsung dengan kista Bartholin. Penderita kista bartholin kemungkinan tidak akan dilarang untuk mengonsumsi makanan tertentu. Hanya ada beberapa kasus yang terjadi dimana sumbatan pada kelenjar bartholin disebabkan oleh bakteri Escherichia coli atau E. coli. Ini merupakan bakteri penyebab diare dan keracunan makanan.
Jadi, disarankan kepada wanita yang memiliki kista bartholin agar menghindari makanan berlemak tinggi dan hindari pula makanan yang tinggi kandungan gula, alkohol, dan merokok.
Kendati sampai saat ini penyebab kista bartholin belum diketahui secara pasti, namun beberapa tips berikut ini sebaiknya dilakukan agar organ intim kamu tetap bersih dan sehat.
Organ intim kewanitaan kamu harus selalu dijaga kebersihannya. Biasakan untuk membersihkan organ intim ini beberapa kali setiap hari dari arah depan ke belakang.
Hindari berbagai aktivitas yang dapat menimbulkan cedera pada area sekitar vagina. Misalnya aktivitas olahraga seperti bersepeda, bela diri, sepak bola dan lainnya.
Anjurkan kepada pasangan untuk menggunakan alat pengaman atau kondom saat berhubungan intim, agar tidak tertular infeksi penyakit kelamin.