Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah
Foto : Freepik
Kebiasaan makan ikan asin kerap dihubungkan dengan kanker nasofaring (tenggorokan). Apakah keseringan makan ikan asin bisa bikin Anda terkena kanker adalah mitos, ataukah ini fakta?
Penulis : Sholahudin Achmad
Sepiring nasi hangat, ikan asin, lalapan, sayur asem, dan sambal terasi. Menu ini sangat populer dan digemari masyarakat di Indonesia. Tanpa kehadiran ikan asin di meja makan rasanya ada yang kurang. Meski cuma sedikit, tapi ikan asin berpengaruh dalam menu masakan tradisional Indonesia dan Asia.
Ikan asin diproses menggunakan bahan pengawet garam. Masalahnya, pada makanan yang mengandung pengawet garam dalam jumlah besar, hidup virus bernama 'Ebstein-barr' atau yang biasa disebut EBV. Virus ini bisa menyebabkan perubahan mutasi gen terutama di daerah saluran napas. Hal ini dapat menyebabkan kanker.
Pemicu kanker
Dilansir dari CNN Indonesia (2022), Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Andhika Rachman mengatakan bahwa pemicu kanker nomor satu di dunia adalah merokok.
Namun di Asia, termasuk Indonesia, pemicu nomor dua adalah konsumsi makanan berpengawet, salah satunya ikan asin. Selain kebiasaan makan ikan asin dalam jumlah banyak, makan makanan berpengawet atau pewarna juga memiliki potensi untuk menjadi kanker.
Meski demikian, lanjut dokter Andhika, orang yang sering mengonsumsi ikan asin tak selalu bakal terkena kanker tenggorokan (nasofaring). Sebab kanker bisa hidup apabila terdapat gen dan lingkungan yang mendukung.
Masalahnya, makanan yang mengandung pengawet garam dalam jumlah besar merupakan tempat hidupnya virus bernama Ebstein-barr atau yang biasa disebut EBV. Apabila jumlah konsumsinya banyak, terutama dibarengi kebiasaan lain seperti merokok, EBV menyebabkan perubahan mutasi gen terutama di daerah saluran napas.
Dalam suatu riset yang dilakukan RSCM terhadap 281 orang dengan kanker nasofaring, ditemukan bahwa 70 persen pasien tersebut rutin mengonsumsi ikan asin. Pada sebagian besar diantaranya, hal tersebut juga dibarengi kebiasaan merokok.
Ikan asin dan kanker nasofaring
Kanker yang paling erat kaitannya dengan ikan asin adalah kanker yang menyerang bagian belakang hidung atau dikenal dengan kanker nasofaring. Menurut Dr. Wong Sen dalam artikelnya di The Strait Times, peningkatan risiko kanker yang terkait dengan makan ikan asin bervariasi di berbagai penelitian yang dilakukan antara tahun 1970-an dan beberapa tahun terakhir. Angka rata-rata sekitar dua kali lipat risiko dasar.
Kanker nasofaring termasuk tidak sering dijumpai di seluruh dunia, tetapi bersifat endemik di beberapa tempat seperti Cina Selatan, Asia Tenggara, Afrika Utara, dan Arctic.
Penyebab pasti kanker nasofaring masih belum diketahui, namun para peneliti menyebutkan beberapa faktor risiko yang meningkatkan resiko seseorang terkena kanker nasofaring. Salah satu faktor risiko yang disebutkan adalah faktor diet atau makanan. Penduduk di bagian Asia, Afrika Utara, dan Arctic sering mengkonsumsi ikan dan daging yang diasinkan.
Gejala kanker nasofaring
Tanda dan gejala dari kanker nasofaring adalah adanya benjolan pada hidung atau leher, radang pada tenggorok, kesulitan bernapas atau berbicara, perdarahan dari hidung, gangguan pendengaran, nyeri telinga atau telinga berdenging, sakit kepala.
Bagaimana ikan asin menyebabkan kanker nasofaring?
Mekanisme yang mungkin mengenai kaitan antara konsumsi ikan yang diasinkan dengan risiko kanker nasofaring adalah pembentukan senyawa N-nitroso dalam tubuh manusia atau pembentukan senyawa tersebut karena proses yang dilakukan pada ikan, yang menyebabkan adanya reaksi antara amine dalam ikan dan nitrate/nitrite dalam garam yang digunakan, serta aktivasi virus Epstein-Barr onkogenik.
Penelitian-penelitian yang sudah ada secara konsisten menunjukkan bahwa risiko kanker nasofaring meningkat pada mereka yang mengkonsumsi ikan yang diasinkan. Selain itu, terdapat kaitan antara frekuensi dan durasi konsumsi ikan yang diasinkan dengan risiko kanker nasofaring. Kaitan ini menjadi lebih kuat jika telah mengonsumsi ikan asin selama masa kanak-kanak sampai usia 10 tahun, dibandingkan dengan mengkonsumsinya pada usia lebih tua.
Zat Nitrosamin
Pemicu yang meningkatkan resiko kanker dari ikan asin berasal dari zat nitrosamin. Zat ini dihasilkan selama pengawetan ikan. Eksperimen laboratorium pada model sel manusia telah menunjukkan potensi pemicu mutasi yang cukup tinggi pada nitrosamin. Transformasi sel normal menjadi sel kanker pada dasarnya merupakan proses yang didorong oleh mutasi genetik kumulatif.
Studi epidemiologis menunjukkan bahwa jumlah nitrosamin yang diekskresikan dalam urin orang yang tinggal di daerah di China dengan risiko tinggi kanker nasofaring jauh lebih tinggi daripada di daerah lain.
Berbagai metode pengasapan ikan asin di berbagai tempat di China menghasilkan konsentrasi nitrosamin yang berbeda pada ikan.
Menariknya, area yang menggunakan metode yang terkait dengan konsentrasi nitrosamin yang lebih tinggi pada ikan memiliki insiden kanker nasofaring yang lebih tinggi.
Semakin banyak Anda makan, semakin tinggi resikonya
Tidak ada batasan yang pasti untuk menentukan berapa banyak jumlah konsumsi ikan asin yang dapat memicu risiko kanker nasofaring. Hubungan antara konsumsi dan risiko adalah hubungan dosis-respons. Dengan perkataan lain, Semakin banyak Anda makan, semakin tinggi resikonya!
Suatu studi di Hong Kong membandingkan risiko kanker nasofaring pada manusia perahu Hongkong (dikenal sebagai orang Tanka) dan saudara-saudara mereka yang tinggal di darat. Studi ini menghasilkan wawasan yang menarik.
Meskipun ikan asin cukup populer diantara kedua kelompok tersebut, konsumsi per kapita lebih tinggi di kalangan manusia perahu. Dan dapat ditebak, kejadian kanker nasofaring jauh lebih tinggi terjadi pada manusia perahu.
Ketika konsumsi ikan asin per kapita menurun di Hong Kong dan Singapura selama beberapa dekade terakhir, demikian pula halnya dengan kejadian kanker nasofaring pada populasi mereka.
Menurut Dr. Wong Sen, mengenai risiko kanker nasofaring, bukan hanya berapa banyak ikan asin yang Anda makan, tetapi juga kapan Anda memakannya. Hubungan dosis-respons antara konsumsi ikan asin dengan kanker nasofaring paling kuat terjadi pada anak muda, khususnya anak di bawah usia 10 tahun.
Efek karsinogenik
Paparan efek karsinogenik ikan asin pada usia muda tampaknya sangat berbahaya. Efek dosis-respons jauh lebih lemah di antara orang dewasa. Bahwa terjadinya puncak kanker nasofaring pada usia yang relatif muda - sekitar 45 sampai 55 - memberikan kepercayaan pada teori bahwa paparan pemicu yang mendasari kemungkinan terjadi pada usia muda.
Jadi, untuk anak-anak, selain menjauhi rokok sebaimnya juga jauhi ikan asin.
Zat dalam ikan asin tampaknya mengaktifkan kembali EBV yang tidak aktif di dalam tubuh. Studi menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga warga Singapura telah terpapar virus ini, yang berarti kumpulan orang yang berisiko cukup besar.
Kelompok lain yang berisiko adalah mereka yang memiliki riwayat keluarga kanker nasofaring.
Studi menunjukkan riwayat keluarga kanker dapat memperbesar efek karsinogenik ikan asin, seperti infeksi EBV.
Namun, yang tidak jelas adalah apakah ini merupakan hasil dari warisan genetik atau paparan umum dalam keluarga terhadap faktor karsinogenik lain di lingkungan bersama.
Bagaimanapun, jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan kanker nasofaring, Anda tentu memiliki motivasi yang lebih kuat untuk menjauhi ikan asin.
Kanker lambung dan kanker esofagus
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker yang bernaung di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendaftarkan ikan asin China sebagai karsinogen Kategori Satu untuk kanker nasofaring sejak tahun 1992.
Efek ikan asin tidak berhenti dengan kanker nasofaring. Namun, hal ini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker lambung dan kanker esofagus.
_____________________
Referensi :
Weng, Wong Sen, The Strait Times (2022), Salted fish and cancer - what's the link?
CNN Indonesia (2022), Mitos atau Fakta, Makan Ikan Asin Bisa Picu Kanker?
Detik Health (2022), Bukan Mitos, Ikan Asin Bisa Picu Kanker! Tapi Penyebab Utama Tetap Rokok
Indonesia Cancer Care Community (diakses 2023), Ikan Asin dan Kanker Nasofaring
Research on Cancer (2012) https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK304384/
Nasopharyngeal cancer treatment (Adult) (PDQ®)-Patient version. National Cancer Institute (2018) https://www.cancer.gov/types/head-and-neck/patient/adult/nasopharyngeal-treatment-pdq