Download OkeKlinik App
Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah
Puasa di bulan Ramadhan bukan hanya memiliki nilai ibadah, tetapi juga baik untuk kesehatan. Saat berpuasa sel-sel tubuh melakukan proses autophagy untuk membersihkan sel-sel yang telah rusak.
Kondisi lapar, saat seseorang berpuasa, ternyata baik untuk kesehatan tubuhnya. Kesimpulan ini telah diteliti secara ilmiah sejak lama. Kemudian Dr. Yoshinori Ohsumi, pemenang Nobel Fisiologi dan Kedokteran Tahun 2016, menunjukkan bukti yang memperkuat riset-riset sebelumnya, mengenai konsep Autophagy. Yakni, tentang daur ulang sel-sel tubuh manusia saat menahan lapar selama tak kurang dari 8 jam dan tak lebih dari 16 jam.
Kata autophagy berasal dari kata auto dalam bahasa Yunani yang berarti “diri”, dan phagein, yang berarti "untuk makan". Dengan demikian, autophagy menunjukkan "makan sendiri". Apa maksudnya?
Jadi, singkatnya bila tubuh seseorang lapar, maka sel-sel tubuhnya pun ikut lapar dan akan memakan sel-sel dirinya yang sudah tidak berguna lagi, atau sel-sel yang telah rusak, sel mati, agar tidak menjadi sampah dalam tubuh yang bisa membahayakan tubuh. Dengan kata lain, tubuh orang yang berpuasa akan membersihkan dirinya sendiri.
Konsep autophagy atau autofagi mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an. Para peneliti mengamati bahwa sel-sel tubuh manusia dapat menghancurkan isinya sendiri dengan membungkusnya dalam membran, membentuk vesikel seperti karung yang diangkut ke kompartemen daur ulang, yang disebut lisosom, untuk didegradasi atau dihancurkan.
Dengan bantuan lisosom, tubuh manusia dapat memecah berbagai struktur protein dan mengubahnya menjadi asam amino. Kemudian, lisosom menggunakannya untuk menghasilkan lebih banyak sel.
Pada tahun 1990-an, Yoshinori Ohsumi menggunakan ragi roti untuk mengidentifikasi gen yang penting untuk autofagi. Serangkaian percobaan yang brilian tersebut menjelaskan mekanisme yang mendasari autofagi dalam ragi dan menunjukkan bahwa mesin canggih serupa digunakan di sel tubuh manusia.
Riset yang sangat bermanfaat dalam dunia fisiologis dan kedokteran itu mengantarkan Ohsumi meraih penghargaan Nobel pada tahun 2016. Menurut Panitia Nobel, penemuan Ohsumi mengarah pada paradigma baru dalam pemahaman tentang bagaimana sel mendaur ulang isinya.
“Penemuan ini membuka jalan untuk memahami pentingnya autophagy di banyak proses fisiologis, seperti dalam adaptasi terhadap kelaparan atau respon terhadap infeksi. Mutasi di gen autophagy dapat menyebabkan penyakit, dan proses autophagic terlibat dalam beberapa kondisi termasuk kanker dan penyakit saraf,” sebut Panitia Nobel dalam rilisnya.
Manfaat puasa
Menurut penelitian Ohsumi, puasa bermanfaat untuk merangsang tubuh agar mampu memecah sel-sel beracun dan membuang semua limbah. Sel-sel dalam tubuh orang yang sedang berpuasa akan hidup lebih lama dan menghasilkan lebih banyak energi. Selain itu, tubuhnya juga memiliki lebih sedikit peradangan.
Selain itu, puasa membatasi jumlah kalori yang dikonsumsi. Sehingga kadar oksida nitrat dalam tubuh meningkat. Molekul inilah yang membantu detoksifikasi dan meremajakan tubuh.
Ada beberapa metode dalam menahan lapar dan haus, atau puasa, yang dapat dilakukan dalam rangka menjalankan konsep autofagi untuk mendaur ulang sel-sel tubuh ini.
Puasa Intermiten
Puasa intermiten merupakan puasa yang dilakukan selang-seling waktunya. Satu hari puasa, satu hari tidak puasa. Atau puasa setiap hari Senin dan Kamis, dalam setiap pekan.
Dengan puasa intermiten, jika biasanya mengonsumsi 2.000 kalori pada hari tidak puasa, maka ketika berpuasa harus dikurangi hingga 500 kalori.
Menurut Ohsumi, puasa intermiten yang terdiri dari periode makan dan puasa yang berganti-ganti tersebut dapat membantu tubuh membersihkan dirinya sendiri. Selain itu, juga dapat membantu menurunkan berat badan dan mempercepat metabolisme.
Sangat besar manfaat dari puasa intermiten bagi kesehatan, terutama dalam menurunkan risiko penyakit jantung, seperti masalah neurologis dan diabetes, serta pengurangan peradangan, stres oksidatif, dan tekanan darah.
Puasa Terbatas
Puasa terbatas adalah jenis puasa intermiten. Prakteknya adalah harus makan hanya selama 8 jam sehari, setiap hari. Nama lain untuk metode ini adalah "puasa 16/8" karena kamu tidak makan selama 16 jam.
Jika baru mengenal metode ini, skema yang tidak terlalu ketat dapat dicoba. Misalnya, sarapan pukul 08.00 dan makan malam pukul 18.00. Dengan demikian, kamu selama 14 jam tanpa makanan. Setelah terbiasa dengan ini, kurangi waktu makan yang biasanya.
Puasa di bulan Ramadhan
Puasa yang dikerjakan oleh umat muslim pada bulan Ramadhan adalah termasuk puasa terbatas. Yakni puasa sejak pukul 04.30 pagi sampai dengan pukul 18.00 sore atau selama 14,5 jam. Di luar jam tersebut, diperbolehkan untuk makan. Biasanya, umat muslim akan makan sahur sebelum subuh, dan berbuka puasa pada waktu maghrib.
Puasa Ramadhan tersebut berlangsung selama 29 atau 30 hari atau selama bulan Ramadhan yang berlangsung satu kali setiap tahun.
Puasa ini berlangsung sehari semalam atau satu hari penuh. Jadi, ada satu hari dalam seminggu dimana kamu tidak makan sama sekali. Jadi, kamu sarapan di jam 8 pagi hari Senin, dan berpuasa sampai pukul 08.00 pagi pada hari Selasa.
Puasa jenis ini adalah dilakukan untuk belajar berpuasa. Yakni, dimulai dengan belajar tidak makan berat. Pada umumnya dilakukan dengan menghindari makan sekali dalam sehari untuk meningkatkan metabolism tubuh dan mengaktifkan proses pembersihan dalam tubuh. Namun tidak dianjurkan makan berlebihan pada hari berikutnya setelah seharian menahan makanan berat tersebut.
Puasa air dilakukan untuk memilih satu hari dalam seminggu yang hanya dilalui dengan minum air putih atau jus segar tanpa gula. Biasanya puasa ini dilakukan pada saat musim semi. Namun bisa saja diet ini dilakukan sepanjang tahun.
Manfaat puasa Ramadhan bagi kesehatan
Dari segi kesehatan, puasa yang dilakukan pada bulan Ramadhan adalah yang paling baik untuk diikuti. Seseorang yang lapar karena sedang menjalan puasa dalam jangka waktu tidak kurang dari 8 jam dan tidak lebih dari 16 jam, maka pada saat itu tubuhnya sedang membentuk protein yang khusus yang disebut Autophagosom di seluruh bagian tubuh.
Autophagosom fungsinya mirip sapu yang mengumpulkan sel-sel yang tidak berguna atau sel-sel mati dan sel-sel lain yang membahayakan tubuh, seperti sel kanker serta sel berbentuk kuman (virus atau bakteri) penyebab penyakit, lalu protein autophagosom tersebut menganalisanya dan memakan sel-sel berbahaya tersebut.
Berpuasa selama satu bulan penuh diantara 11 bulan lainnya dalam satu tahun, bila dilakukan secara rutin, dapat membersihkan sel-sel tubuh yang sudah mati dan tak berguna lagi. Tanpa harus mengeluarkan banyak biaya, hanya dengan menjalankan puasa maka sel-sel tubuh akan melakukan mekanisme daur ulang di dalam dirinya sendiri.
Tentunya, puasa Ramadhan yang dijalankan harus mengikuti tata cara yang benar yang telah dilakukan selama berabad-abad lamanya. Yaitu, tidak makan berlebihan ketika berbuka puasa. Juga tidak makan berlebihan saat sahur.
Selain itu, tidur dari pagi hingga sore hari, dengan alasan sedang berpuasa, adalah tidak sehat. Puasa yang benar adalah dengan tetap beraktivitas di siang hari. Lalu saat berbuka puasa dibuka dengan tiga butir buah kurma. Sedangkan untuk makan besar, dilakukan sekitar satu dua jam kemudian. Sementara saat sahur, makan secukupnya saja.
Dengan melakukan puasa dengan cara yang benar maka manfaat puasa Ramadhan untuk mendaur ulang sel-sel tubuh yang telah mati dan tidak berguna lagi akan semakin maksimal hasilnya.
Penulis Artikel
