Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Mengapa Jutaan Orang Menderita Penyakit 'Tubuh Bengkok'?

Artikel dipublikasikan : 4 April 2024 06:09
Dibaca : 211 kali

Kebiasaan main gadget kelamaan adalah salah satu penyebab terjadinya kifosis atau "tubuh bengkok". Apa saja penyebab lainnya ? Apakah kifosis bisa dicegah?

Kebiasaan duduk yang buruk dan menggunakan gadget dengan posisi tubuh yang tidak baik, dapat menyebabkan kifosis atau "tubuh bengkok” atau tubuh bungkuk. Bila tidak segera ditangani secara medis, kifosis dapat mengancam nyawa.

Untuk jelasnya, mari kenali seluk beluk penyakit kifosis, berikut ini.

Kifosis adalah kelainan tulang belakang yang terlihat seperti seseorang memiliki "punggung bungkuk".

Manusia mempunyai tulang belakang untuk menyangga kepala, bahu, dan tubuh. Tulang belakang terdiri atas tiga lengkungan, yaitu tulang belakang leher (tulang servikal), tulang punggung tengah (torakal), dan tulang punggung bawah (lumbal).

Lengkungan tulang ini penting untuk keseimbangan tubuh dan membantu manusia untuk dapat berdiri tegak.

Nah, terdapat kondisi di mana lengkungan tulang belakang tidak normal, salah satunya adalah kifosis.

Ciri-ciri Kifosis 

Ciri khas penderita kifosis terlihat dari jenis kurva yang normal pada tulang belakang torakal/ dada, yaitu sekitar 20-50 derajat.

Apabila kondisi kelengkungan melebihi 50 sampai 70 derajat maka disebut dengan hiperkifosis yaitu kelainan bentuk sudut tajam yang disebut juga 'Deformitas Gibbus'.

Namun, kondisi hiperkifosis ini biasanya disebut dengan kifosis saja.

Kurva kifosis lebih sering terjadi pada tulang belakang toraks atau torakolumbalis, tetapi terkadang juga pada tulang belakang leher.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh postur tubuh yang buruk atau kelainan struktural pada cakram intervertebralis, otot, tulang, saraf, dan ligamen.

Kelengkungan yang parah dapat berdampak buruk pada paru-paru dan organ lainnya.

Kifosis menghasilkan kepala yang condong ke depan, bukan sejajar dengan panggul.

Kifosis berbeda dengan skoliosis

Apa bedanya kifosis dengan skoliosis? Kifosis lebih terlihat seperti huruf 'O', sedangkan skoliosis adalah tulang belakang yang melengkung ke samping, sering kali berbentuk huruf 'S' atau 'C'.

Seperti yang dijelaskan oleh Vincent Arlet, MD, Kepala Bedah Tulang Belakang Ortopedi  di Penn Medicine, Anda dapat mengalami skoliosis dan kifosis secara bersamaan, namun ada perbedaan penting di antara keduanya.

“Kifosis bisa lebih menyakitkan daripada skoliosis,” kata Dr. Arlet.

Dr. Arlet menjelaskan kurva maju adalah dasar-dasar kifosis yang dapat terjadi pada usia berapa pun, meskipun penyakit ini lebih sering terjadi pada orang dewasa, karena biasanya berhubungan dengan degenerasi tulang belakang, yaitu kerusakan alami pada tulang dan ligamen tulang belakang.

Salah satu jenis kifosis yang lebih sering terjadi pada remaja muda adalah penyakit Scheuermann.

Kondisi ini berkembang ketika beberapa tulang belakang dalam satu baris terjepit menjadi satu. Penyebab penyakit Scheuermann tidak diketahui.

Sementara kurva skoliosis menyamping. Skoliosis lebih sering terjadi ketika anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan dan awal masa remaja. Skoliosis lebih sering terjadi pada anak perempuan dan dapat diturunkan dalam keluarga.

Tanda skoliosis kadang-kadang terlihat nyata, yaitu postur badan condong ke satu sisi atau bahu atau pinggul yang tidak rata. Penyakit ini mungkin tidak mudah untuk dideteksi, karena pemeriksaan tahunan.

Kembali ke penyakit kifosis. Mari telusuri sebab penyakit ini.

Penyebab Kifosis

Beberapa faktor berikut ini dapat menyebabkan terjadinya kifosis. 

1. Postur Buruk dan Gaya Hidup

Salah satu penyebab utama kifosis adalah postur buruk dan kebiasaan hidup yang tidak sehat.

Kebiasaan duduk yang buruk, penggunaan gadget dengan posisi tubuh yang tidak baik, atau kurangnya kesadaran akan ergonomi   (perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan yang dilakukan) dapat menyebabkan perubahan postur tubuh.

2. Osteoporosis

Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang kehilangan massa dan kepadatan, membuatnya lebih rentan terhadap deformitas (perubahan struktur dan bentuk tulang).

Osteoporosis umumnya memengaruhi orang lanjut usia, tetapi dapat terjadi pada siapa saja yang memiliki faktor risiko tertentu, seperti kurangnya kalsium dan vitamin D dalam diet atau riwayat keluarga dengan osteoporosis.

3. Kondisi Medis Tambahan

Beberapa kondisi medis tertentu dapat menjadi penyebab hiperkifosis.

Contohnya adalah:

  • Sindrom Marfan: Ini adalah kelainan genetik yang dapat memengaruhi jaringan ikat dalam tubuh, termasuk tulang rawan. 
  • Distrofi Otot: Kelompok penyakit yang menyebabkan kelemahan dan penurunan massa otot, yang dapat mempengaruhi postur dan dukungan tulang belakang.

  • Spondilitis Ankylosing: Merupakan kondisi peradangan yang dapat menyebabkan fusi tulang belakang dan deformitas yang berkaitan.

4. Faktor Genetik

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dapat memainkan peran dalam perkembangan hiperkifosis.

Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan hiperkifosis atau masalah tulang belakang lainnya, risiko mereka untuk mengembangkan kondisi ini mungkin lebih tinggi.

5. Cedera Tulang Belakang

Cedera atau trauma pada tulang belakang juga dapat menjadi pemicu hiperkifosis. Contohnya patah tulang atau cedera serius pada tulang belakang.

6. Kondisi Neurologis

Beberapa kondisi neurologis, seperti penyakit otot motorik atau gangguan saraf, dapat mempengaruhi kontrol otot dan postur serta keseimbangan saraf.

7. Perubahan Hormonal pada Masa Pubertas

Perubahan hormonal yang terjadi selama pubertas dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang dan struktur tulang belakang. Kondisi ini dapat diperparah oleh kebiasaan postur yang buruk atau kurangnya kesadaran akan ergonomi pada masa ini.

8. Perubahan Fisiologis Terkait Usia

Penuaan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan kifosis. Tulang belakang dapat mengalami perubahan degeneratif seiring bertambahnya usia, termasuk hilangnya kepadatan tulang dan elastisitas tulang rawan.

Membaca penyebabnya, boleh jadi, kifosis tidak serta merta muncul. Sebagian orang kadang-kadang tidak menyadarinya. Berikut gejalanya, yaitu:

Gejala Kifosis

Apa saja gejala yang dialami oleh penderita kifosis? 

1. Punggung Cekung

Gejala paling mencolok dari hiperkifosis adalah punggung yang melengkung ke depan, menciptakan tampilan punggung cekung.

2. Nyeri Punggung

Beberapa individu dapat mengalami nyeri punggung, terutama pada daerah yang mengalami kelengkungan berlebih. Nyeri ini dapat bersifat kronis atau muncul secara sporadis.

3. Gerakan Terbatas

Keterbatasan gerakan, terutama dalam hal rotasi atau kemampuan untuk membungkuk mundur. Ini dapat mempengaruhi fleksibilitas tubuh dan membuat aktivitas sehari-hari seperti mengikat sepatu atau mencapai sesuatu di lantai menjadi lebih sulit.

4. Kelelahan Otot

Karena postur tubuh yang tidak alami, otot-otot di sekitar tulang belakang dan area yang terkena hiperkifosis mungkin harus bekerja lebih keras untuk mendukung tubuh sehingga menyebabkan kelelahan otot yang berkelanjutan.

5. Tidak Nyaman saat Duduk atau Berdiri Lama

Orang dengan kifosis akan merasa tidak nyaman saat duduk atau berdiri dalam jangka waktu yang lama. Postur yang tidak tepat dapat meningkatkan tekanan pada tulang belakang dan menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit.

6. Gangguan Respirasi (pada kasus yang parah)

Hiperkifosis yang sangat parah, terutama jika melibatkan kelengkungan ke depan yang signifikan, dapat menyebabkan tekanan tambahan pada organ dalam, termasuk paru-paru. Ini dapat mengakibatkan kesulitan bernapas, terutama selama aktivitas fisik.

7. Penampilan Fisik yang Berubah

Selain gejala fisik yang dapat dirasakan oleh individu, hiperkifosis dapat menciptakan perubahan pada penampilan fisik dan kesan penampilan yang tidak seimbang.

Pencegahan

Bisakah kifosis dicegah? Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah kifosis postural dengan :

  • Mempertahankan postur yang baik.

  • Memperkuat otot perut dan punggung.

  • Mempertahankan berat badan yang sehat.

  • Membawa tas atau buku sekolah dan perlengkapan dalam ransel atau tas yang kokoh.

  • Berolahraga untuk memperkuat otot dan tetap fleksibel.

 

_________________________

Referensi : 

Klinik Tulang Belakang (2020), Efek Badan Bungkuk Pada Masa Tua. 

J, Eur Spine, National Center for Biotechnology Information, National Library of Medicine (2013),New concepts in scoliosis treatment.

For Patients and Visitors, Penn Medicine (2022), Kyphosis. 

Spineconnection (diakses pada 2024), Kyphosis.

Cleveland Clinic (2023), Kyphosis.

 
Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com