Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Mengenal Fase Phallic Pada Anak

Artikel dipublikasikan : 24 November 2022 16:37
Dibaca : 355 kali

Foto : Freepik

Fase phallic adalah fase ketiga dalam perkembangan psikoseksual manusia yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Fase ini terjadi di masa kanak-kanak. Ciri-ciri fase ini, diantaranya, adalah ketika anak mulai suka menyentuh alat kelaminnya sendiri.

Penulis : Sholahudin Achmad

Perkembangan psikoseksual adalah teori psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, ahli psikoanalisa. Menurut teori ini, kepribadian seseorang berkembang berdasarkan perkembangan psikoseksual anak sejak usia dini.

Setiap individu akan melalui beberapa fase psikoseksual dalam hidupnya, yang dimulai sejak masa kanak-kanak. Fase psikoseksual ini akan memengaruhi bagaimana karakter dan kepribadian seseorang ketika telah dewasa nantinya.

Freud percaya bahwa kepribadian manusia dapat berkembang melalui serangkaian tahap di masa kanak-kanak dimana rasa nyaman dan rasa senang terfokus pada area sensitif seksual tertentu. 

Zona sensitif seksual merupakan area tubuh yang sangat sensitif terhadap suatu rangsangan atau sentuhan.

Menurut teori Freud, terdapat lima fase psikoseksual, yaitu: 

  1. Fase Oral

Adalah tahap pertama perkembangan psikoseksual, dimana libido berpusat di mulut bayi.

  1. Fase Anal

Selanjutnya pada tahap anal, yakni kesenangan anak tidak diperoleh dari memasukkan ke dalam anus, tetapi mendorong keluar dari anus, atau buang air besar.

  1. Fase Phallic

Pada fase ini ini anak mulai memperhatikan dan senang memainkan alat kelaminannya sendiri.

  1. Fase Laten

Tahap ini adalah saat ketika energi seksual disalurkan ke aktivitas aseksual lain seperti belajar, hobi, dan hubungan sosial.

  1. Fase Genital

Pada tahap ini anak mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis.

Baca Juga: 9 Tips Kesehatan Ibu Hamil dan Anda yang Merencanakan Kehamilan

Mengenal fase phallic pada anak 

Menurut teori psikoseksual yang dikemukakan Freud, fase phallic berlangsung ketika anak-anak berusia 3-5 tahun. Pada fase ini, seorang anak mulai suka mengamati dan menyentuh alat kelaminnya sendiri.

Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan zona sensitif seksual terletak di sekitar alat kelamin, dan tahapan ini lebih cenderung terjadi pada anak laki-laki.

Pada tahapan ini, seorang anak laki-laki mulai menyadari alat kelaminnya sendiri. Mereka mulai mengenali diri mereka sendiri, dan mengenali perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Bagaimana sikap orang tua dalam menghadapi hal ini? Menurut Freud, orang tua tidak usah  khawatir jika pada fase ini anak cenderung menyentuh alat kelaminnya. Karena perilaku tersebut didasari oleh rasa ingin tahu dan kecenderungan anak untuk mengeksplorasi tubuhnya sendiri.

Perilaku ini juga tidak didasarkan pada hasrat seksual. Pada usia tersebut, hasrat seksual anak belum terbentuk.

Selain itu, menurut Freud, di fase ini seorang anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk mendapatkan kasih sayang dari sang ibu. Hal ini disebut Oedipus Complex, di mana Si Kecil secara seksual ingin memiliki orang tua dengan jenis kelamin berbeda.

Apa yang sebaiknya dilakukan orang tua ? 

Orang tua sebaiknya tidak perlu bingung dalam menghadapi anak laki-lakinya yang mulai mengamati dan memegang alat kelaminnya sendiri.

Sebab, itu bukanlah aktivitas seksual sampai ia memasuki masa remaja. Hal tersebut adalah hal yang wajar ketika mereka berusia 3-5 tahun, asalkan tidak dilakukan secara berlebihan.

Berikut ini beberapa tips yang sebaiknya dilakukan para orang tua dalam menghadapi fase phallic anak-anak: 

  1. Menjelaskan pada anak tentang alat kelamin

Orang tua sebaiknya menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami anak mengenai alat kelamin. Perlu diajarkan pada anak bahwa alat kelamain merupakan organ yang sensitif dan bisa menimbulkan luka bisa sering disentuh atau dimainkan.

Selain itu, ajari pula mengenai kebersihan alat kelamin anak. Hal ini sangat penting agar anak-anak tahu cara menjaga kesehatan dan kebersihan dirinya. 

  1. Mengalihkan perhatian anak

Selain itu, tips penting yang sebaiknya dilakukan adalah dengan cara mengalihkan perhatian anak. Ajaklah mereka bermain, berolahraga atau melakukan aktivitas lain yang menyenangkan. Hal ini akan membuat anak-anak dapat berhenti melakukan kegiatan memainkan alat kelaminnya tersebut.

  1. Jangan membentak anak

Ketika melihat anak Anda memainkan alat kelaminnya sendiri, hal penting yang perlu Anda ketahui adalah jangan membentak atau memarahi anak Anda. 

Jika Anda membentak atau memarahinya karena melakukan hal tersebut, maka hal ini akan menimbulkan persepsi yang buruk terhadap konsep seksual bagi anak di kemudian hari.

Selain itu, orang tua juga tidak boleh menunjukkan ekspresi tidak setuju ketika anak  melakukan kegiatannya tersebut. Sebab, fase phallic  ini akan berlalu dengan sendirinya saat anak menginjak usia 6 tahun ke atas. 

Baca Juga: 6 Tips Cara Menjaga Kesehatan Mental Remaja

Evaluasi tentang teori Fase Psikoseksual 

Teori Sigmund Freud, yang diungkapkan pada akhir abad ke 19 masih dianggap kontroversial hingga saat ini. Ada sejumlah pengamatan dan kritik terhadap teori psikoseksual ini, dengan berbagai argumen, yang meliputi kritik ilmiah dan feminis, sebagai berikut: 

  • Tahapan Psikoseksual hampir seluruhnya terfokus pada perkembangan laki-laki dengan sedikit menyebutkan perkembangan psikoseksual perempuan.

  • Teori ini sulit untuk diuji secara ilmiah. Konsep seperti libido tidak mungkin diukur, dan karena itu tidak dapat diuji. Penelitian yang dilakukan cenderung mendiskreditkan teori Freud.

  • Prediksi tentang masa depan terlalu kabur. Bagaimana kita tahu bahwa perilaku saat ini secara khusus disebabkan oleh pengalaman masa kecil? Lamanya waktu antara sebab dan akibat terlalu lama untuk mengasumsikan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut.

  • Teori Freud didasarkan pada studi kasus dan bukan penelitian empiris. Juga, Freud mendasarkan teorinya pada ingatan pasien dewasanya, bukan pada pengamatan dan studi aktual terhadap anak-anak.

Terlepas dari kontroversi dari teori ini, dimana hanya sedikit orang yang menjadi pendukung kuat teori perkembangan psikoseksual Freud saat ini, namun menurut Kendra Cherry dalam Very Well Mind, karya psikologi Freud turut memberikan kontribusi penting bagi pemahaman kita tentang perkembangan manusia. Mungkin kontribusinya yang paling penting dan bertahan lama adalah gagasan bahwa pengaruh bawah sadar dapat berdampak kuat pada perilaku manusia.

Teori Freud juga menekankan pentingnya pengalaman awal dalam perkembangan. Sementara para ahli terus memperdebatkan kontribusi relatif dari pengalaman awal versus pengalaman selanjutnya, para ahli perkembangan mengakui bahwa peristiwa kehidupan awal memainkan peran penting dalam proses perkembangan dan dapat memiliki efek yang bertahan lama sepanjang hidup. 

______________________

Referensi : 

Kendra Cherry, Very Well Mind (2022), Freud's Psychosexual Stages of Development

Saul McLeod, Simply Psychology (2019), Freud's 5 Stages of Psychosexual Development. 

RS Pondok Indah (2020), Do We Need to Worry When Children Often Touch Their Genitals?

Chegg (diakses pada 2022), Phallic Stage

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com