Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Obat Rapamycin, Peluang Baru Untuk Mencegah Proses Penuaan ?

Artikel dipublikasikan : 19 Maret 2024 09:23
Dibaca : 44 kali

Gagasan untuk hidup selama mungkin membuat rapamycin berpeluang menjadi obat bagi mereka yang ingin menunda penuaan. Awalnya dikembangkan sebagai imunosupresan untuk pasien transplantasi organ, obat ini telah menemukan peluang baru sebagai obat anti penuaan yang potensial. 

Kalangan ahli gerontologi melihat ramycin  atau obat serupa sebagai harapan terbaik yang kita miliki untuk memperlambat proses penuaan secara farmakologis. Rapamycin merupakan salah satu obat potensial yang dapat menunda penuaan dan kondisi jangka panjang. 

Pada awalnya obat ini disetujui sebagai anti  kanker dan imunosupresan untuk pasien yang menjalani operasi transplantasi. Namun, baru-baru ini diketahui bahwa jika mengonsumsi rapamycin dengan dosis tinggi,  terbukti dapat meremajakan kekebalan tubuh. 

Obat ini juga bertindak sebagai imunostimulan yang dapat meningkatkan kekebalan pasien kanker. Di samping itu, pasien lanjut usia yang menggunakan obat ini dengan dosis tinggi juga dapat meningkatkan kekebalan tubuhnya.

Sejarah penemuan rapamycin 

Dilansir dari New Scientist, rapamycin diisolasi pada tahun 1972 dari bakteri yang ditemukan di Pulau Paskah atau Rapa Nui – sesuai dengan namanya. Di awal tahun 2000-an ditemukan secara signifikan bahwa rapamycin dapat  memperpanjang umur cacing, ragi, lalat dan tikus. 

Dalam sebuah percobaan, peneliti memberikan rapamycin kepada sekelompok tikus berumur 20 bulan, setara dengan manusia usia pensiun. Mereka memberi makan tikus-tikus itu dalam dosis kecil selama tiga bulan, kemudian menghentikan obatnya dan menunggu sampai mereka mati. Tikus biasanya mati pada usia sekitar 30 bulan, tetapi tikus yang diberi obat rata-rata hidup lebih lama 2 bulan. Korban terakhir meninggal lebih dari dua tahun setelah dimulainya percobaan, pada usia lanjut 3 tahun 8 bulan – setara dengan sekitar 140 tahun manusia.

Rapamycin belum diuji dengan cara ini pada manusia, tetapi mengingat kesamaan antara biologi tikus dan manusia, ada kemungkinan besar hal ini juga akan memperpanjang umur kita. 

Rapamycin diperkirakan dapat memperpanjang umurnya dengan meniru efek pembatasan kalori, salah satu cara paling handal untuk memperpanjang umur hewan non-manusia. Hal ini menargetkan molekul pemberi sinyal yang disebut mTOR (akronim dari target mekanistik rapamycin) yang merupakan simpul penting dalam jalur penginderaan nutrisi kita. Kurangnya makanan mematikan mTOR dan mengaktifkan sistem darurat yang memungkinkan kita bertahan dalam masa kelaparan.

Pengobatan kanker dan penyakit kardiovaskular 

Rapamycin digunakan sebagai pengobatan  kanker karena dianggap mampu mencegah pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Merek terbaru yang biasa digunakan untuk mengobati kanker disebut Fyarro. 

Selain itu, rapamycin juga bermanfaat dalam pengobatan penyakit kardiovaskular. 

Mekanisme kerja rapamycin

Pada awalnya penelitian menunjukkan bahwa imunosupresan rapamycin memperlambat pertumbuhan dan penggandaan sel. Hal tersebut membuat rapamycin terbilang ampuh untuk mencegah penyebaran sel kanker. Rapamycin juga dapat membantu tubuh untuk menolak ginjal donor pada pasien yang baru di transplantasikan ginjalnya. Rapamycin menargetkan protein yang disebut sebagai mamalia target rapamycin (mTOR) dan juga menghambatnya. MTOR sendiri merupakan komponen jujur pensinyalan yang berperan dalam metabolisme dan sintesis sel, gangguan mTOR juga dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel. Terutama jalur mTOR telah berkaitan dalam penghambatan penyakit alzheimer dan kanker. Rapamycin memiliki potensi untuk dapat menghambat  kondisi tersebut.

Rapamycin  dan antipenuaan

Rapamycin merupakan salah satu obat yang berpeluang digunakan untuk melawan penuaan. Raphamycin dapat memperpanjang hidup dengan cara menghambat  jalur mTOR. Rapamycin mempercepat proses autophagy.  

Pada saat penuaan protein dan organel sel yang rusak dan tidak berfungsi mulai menumpuk, organel yang sudah tua dan tidak berfungsi tersebut dapat mengganggu keseimbangan atau homeostatis sel. Kondisi ini dapat mengakibatkan degenerasi sel secara progresif. Bila waktunya tiba, sel mati,  organel tua dan protein tidak berfungsi tersebut akan terus menumpuk. Untuk meningkatkan umur panjang yaitu dengan cara memoderasi akumulasi organel dan protein yang sudah tidak berfungsi. 

Hal ini disebabkan oleh rapamycin yang dapat membantu membersihkan bagian sel yang tua, berperan penting dalam meningkatkan kehidupan sel karena jaringan dan organ terdiri dari sel. Terdengar cukup menjanjikan, tetapi penelitian dan uji klinis yang lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi sifat anti penuaan dari obat rapamycin. 

Rapamycin untuk mengobati penyakit Alzheimer

Belum lama ini sebuah artikel mengulas penelitian terkini tentang potensi obat rapamycin untuk mengobati penyakit alzheimer. Penyakit Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang mengganggu kognisi orang dewasa. Sebagian besar penderita penyakit alzheimer berusia 60 tahun ke atas, dengan risiko tertinggi terjadi pada kelompok usia 80 tahun ke atas. Pada umumnya anggota keluarga akan memberikan perawatan kepada lansia yang menderitanya dan beberapa lainnya dapat menerima perawatan di panti jompo. Karena beban finansial, sosial dan fisik dari penyakit Alzheimer tersebut termasuk tinggi, maka para peneliti menemukan intervensi dan pengobatan untuk menunda perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. 

Walaupun Alzheimer termasuk penyakit yang sulit untuk disembuhkan tetapi obat rapamycin berpeluang untuk dimanfaatkan dalam pengobatan. 

Dalam sebuah penelitian pada tikus paruh baya, rejimen pengobatan rapamycin selama 3 bulan terbukti dapat meningkatkan harapan hidup sebesar 60% dibandingkan dengan tikus dengan usia sama yang tidak diberikan obat rapamycin. Tikus yang diobati dengan tanpa mesin tersebut menunjukkan pembalikan atau penundaan perkembangan beberapa penyakit. Contohnya seperti disfungsi jantung, kanker, obesitas, periodontal, penurunan kognitif, kehilangan otot, penuaan kekebalan tubuh, fungsi sel induk dan kehilangan otot. 

Penelitian yang dilakukan pada penderita demensia menunjukkan bahwa efek menguntungkan dari rapamycin, yang meliputi : 

-Memulihkan kepadatan otak-mikrovaskular 

-Mengurangi fosforilasi tau 

-Mengurangi deposisi amiloid-beta 

-Memulihkan aliran darah otak

-Mencegah hilangnya neuron 

-Menjaga integritas penghalang darah-otak

-Meningkatkan fungsi kognitif 

-Mengurangi kekusutan neurofibrillary 

Studi model pada hewan  juga melaporkan bahwa pengobatan dengan rapamycin sebelum timbulnya gejala atau setelah tanda-tanda sudah muncul menghasilkan perbaikan gejala demensia. Ini termasuk peningkatan memori atau keterlambatan perkembangan kehilangan memori dan kognisi. 

Walaupun penelitian pada hewan tersebut sangat mendukung efektivitas rapamycin dalam menunda penuaan dan memperbaiki gejala beberapa penyakit, termasuk demensia,  tetapi masih diperlukan penguji efek obat tersebut pada manusia dalam jangka panjang. 

Efek samping rapamycin

Efek samping yang berhubungan dengan penggunaan obat rapamycin sering terlihat pada pasien dengan gangguan sistem kekebalan yang memakai obat tersebut. Potensi reaksi efek samping yang merugikan antara lain sebagai berikut: 

  • melemahnya sistem kekebalan tubuh

  • mulut meradang

  • tekanan darah tinggi

  • sembelit atau diare 

  • anemia dan kelelahan 

  • angan dan kaki bengkak 

Beberapa pasien mungkin dapat mengalami masalah pembekuan darah, pembekuan darah, emboli paru, atau stroke. 

_________________________________________ 

Referensi :

New Scientist (diakses pada 2024), Rapamycin. 

https://www.science.org/doi/10.1126/science.1244360

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1359644607000451?via%3Dihub

https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.4161/cc.5.18.3288

https://www.science.org/doi/10.1126/scitranslmed.3009892

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15460177/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30430746/

https://www.nature.com/articles/s43587-022-00278-w

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6762017/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25341517/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27549339/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29351469/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6814615/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33277457/

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com