Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Paracetamol: Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya

Artikel dipublikasikan : 26 November 2021 19:55
Dibaca : 550 kali

Paracetamol adalah obat yang digunakan untuk meredakan demam dan nyeri, termasuk nyeri haid atau sakit gigi. Paracetamol bekerja pada pusat pengaturan suhu yang ada di otak, untuk menurunkan suhu tubuh saat seseorang sedang mengalami demam. Paracetamol memiliki cara kerja dengan menurunkan produksi zat prostaglandin yang adala dalam tubuh. zat prostaglandin merupakan unsur yang dilepas oleh tubuh sebagai reaksi karena adanya kerusakan jaringan atau infeksi, yang memicu terjadinya peradangan, nyeri, dan demam. Selain itu paracetamol juga mampu menghambat pembentukan prostaglandin sehingga dapat meredakan nyeri. Paracetamol juga dapat dimanfaatkan untuk infeksi virus corona, karena dapat meredakan demam akibat infeksi virus.

Paracetamol atau acetaminophen tersedia dalam berbagai bentuk seperti tablet, sirop, tetes, suppositoria, dan infus. Paracetamol sebaiknya dikonsumsi dengan benar sesuai dengan anjuran dokter dan informasi yang tertera pada kemasan. Untuk paracetamol infus akan diberikan langsung oleh dokter atau tim medis dibawah pengawasan dokter, sesuai dosis anjuran dokter. Paracetamol memiliki dosis berbeda-beda untuk dikonsumsi, yang kebanyakan dipengaruhi oleh faktor usia pasien dan jenis penyakit yang dialaminya. 

Paracetamol dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Untuk paracetamol sirop, botol harus dikocok dulu sebelum dikonsumsi, dan gunakan sendok takar yang tersedia dalam kemasan obat untuk mendapatkan dosis yang tepat. Sedangkan jenis paracetamol suppositoria digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam anus, namun harus dipastikan bahwa plastiknya pembungkusnya dibuka terlebih dahulu, baru kemudian bagian ujung obat yang berbentuk lancip dimasukkan ke dalam dubur. Setelah obat masuk, duduk atau berbaring selama 10 sampai 15 menit hingga obat terasa meleleh. Jangan lupa cuci tangan sebelum dan setelah memasukkan paracetamol suppositoria, yang sebelumnya sudah disimpan di dalam kulkas. 

Baca Juga: Kenali Kenapa Badan Terasa Panas Padahal Suhu Tubuh Normal

Untuk mengatasi rasa nyeri, sakit, dan demam, tablet paracetamol 500 mg pada umumnya diminum setiap 4 sampai 6 jam sekali dengan cara ditelan secara utuh. Tablet paracetamol sebaiknya tidak dihancurkan, dikunyah, atau dipatahkan, kecuali jika hal tersebut disarankan oleh dokter. 

Pada umumnya paracetamol tidak akan menimbulkan efek samping jika dikonsumsi sesuai anjuran dan petunjuk penggunaan, namun hal ini akan berbeda jika dikonsumsi secara berlebihan. Beberapa efek samping yang dapat dirasakan jika mengonsumsi paracetamol berlebihan antara lain adalah sakit kepala, rasa mual atau muntah, sulit tidur, terasa sakit pada bagian perut sebelah atas, urin berwarna gelap, rasa lelah yang tidak biasa, penyakit kuning, kehilangan nafsu makan, kulit memucat, dan memar atau perdarahan yang tidak wajar. 

Selain itu, paracetamol juga memiliki efek samping jangka panjang yang sering diperdebatkan dan dianggap remeh oleh beberapa orang. Namun pada sebuah penelitian yang dikepalai oleh Profesor Philip Conaghan dari Fakultas Kedokteran di University of Leeds, ditemukan bahwa ada kemungkinan risiko munculnya penyakit jantung, masalah ginjal, dan gangguan pada sistem pencernaan dalam penggunaan paracetamol jangka panjang. Meski tergolong dalam risiko yang kecil, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang penyakit tersebut dapat dialami oleh orang-orang yang mengonsumsi paracetamol secara berlebihan. 

Dosis paracetamol akan berbeda-beda sesuai dengan usia orang yang akan mengonsumsinya, berikut adalah dosis paracetamol berdasarkan usia dengan takaran minimal dan maksimal untuk tiap 4 sampai 6 jam per mg:

  • Usia 2 sampai 3 bulan setelah imunisasi: 60 mg

  • Usia 3 sampai 6 bulan: 60 mg

  • Usia 6 sampai 24 bulan: 120 mg

  • Usia 2 sampai 4 tahun: 180 mg

  • Usia 4 sampai 6 tahun: 240 mg

  • Usia 6 sampai 8 tahun: 240 hingga 250 mg

  • Usia 8 sampai 10 tahun: 360 sampai 375 mg

  • Usia 10 sampai 12 tahun: 480 sampai 500 mg

  • Usia 12 sampai 16 tahun: 480 sampai 750 mg

  • Usia lebih dari 16 tahun: 500 sampai 1000 mg

Baca Juga: 3 Cara Mencegah Demam Berdarah

Efek samping penggunaan paracetamol secara berlebihan dalam jangka waktu panjang juga dapat menimbulkan beberapa kondisi seperti berikut ini:

  • Reaksi alergi seperti ruam dan pembengkakan. Hal ini dapat terjadi dengan perbandingan 1 dari 100 orang yang mengalaminya

  • Tekanan darah rendah dan detak jantung cepat. hal ini sering terjadi pada paracetamol yang diberikan dalam bentuk suntikan di rumah sakit

  • Gangguan darah seperti trombositopenia yakni jumlah trombosit yang rendah dan leukopenia yakni jumlah sel darah putih yang rendah. Merupakan efek samping yang paling terjadi dengan perbandingan 1 dari 1000 orang yang berisisko mengalami kondisi ini

  • Gangguan pada hati dan ginjal yang dapat terjadi jika mengonsumsi atau menggunakan paracetamol dalam dosis yang terlalu banyak. Efek samping ini merupakan yang paling parah, yang dapat menimpa

  • Gejala overdosis obat, yang dapat terjadi jika dikonsumsi bersamaan dengan banyak obat lainnya. Biasanya disertai dengan beberapa gejala seperti mual, muntah, kehilangan nafsu makan, keringat berlebihan, nyeri perut, rasa lelah yang luar biasa, mata yang keruh atau menguning, dan urin yang berwarna sangat gelap.

Paracetamol dapat menimbulkan interaksi jika dikonsumsi bersamaan dengan jenis obat lainnya, seperti beberapa interaksi yang dapat menyebabkan:

  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika dikonsumsi dengan warfarin

  • Penurunan kadar paracetamol dalam darah jika digunakan dengan carbamazepine, colestiramine, phenobarbital, phenytoin, atau primidone

  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping obat busulfan

  • Peningkatan penyerapan paracetamol jika digunakan bersamaan dengan metoclopramide, domperidone, chloramphenicol, atau probenecid

  • Peningkatan risiko terjadinya kerusakan hati jika digunakan dengan isoniazid

Selain jenis obat di atas, kondisi kesehatan juga dapat menimbulkan interaksi pada paracetamol, seperti diantaranya adalah penyalahgunaan alkohol atau riwayat penyalahgunaan alkohol, penyakit ginjal parah, penyakit hati termasuk hepatitis karena dapat menyebabkan efek samping menjadi lebih parah, phenylketonuria (PKU) karena beberapa merek paracetamol mengandung aspartame yang meninggikan risiko kondisi menjadi lebih parah.

Jika mengonsumsi paracetamol memberikan efek samping yang justru membuat kondisi pasien menjadi lebih parah maka penggunaan paracetamol harus dihentikan jika demam tak kunjung reda setelah 3 hari penggunaan, masih merasakan nyeri setelah 7 hari mengonsumsi paracetamol, mengalami ruam kulit, sakit kepala yang terjadi terus menerus, kemerahan atau bengkak pada bagian tubuh tertentu, dan muncul gejala baru yang dirasakan selama mengonsumsi obat paracetamol.

Manfaat paracetamol sudah dirasakan banyak orang dan terbukti mampu menyembuhkan, namun perhatikan pula dosis dan efek samping yang bisa muncul karenanya. Lakukan pemeriksaan medis untuk tahu kondisi kesehatan dan takaran dosis yang diperlukan dari dokter. 

Baca Juga: Referensi Obat Luka Diabetes Resep Dokter

Selain itu, Anda juga dapat melakukan telekonsultasi melalui website atau aplikasi android OkeKlinik, yang dapat menghubungkan pasien dengan mitra atau rekanan penyedia jasa layanan kesehatan yang sudah terlisensi medis di masing-masing bidangnya. OkeKlinik dapat diakses kapan dan dimana saja hanya dalam genggaman, karena: It’s Oke, Klinik Here!

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com