Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Penyakit Parkinson, Tidak Bisa Disembuhkan Tapi Bisa Dicegah

Artikel dipublikasikan : 4 Desember 2021 06:02
Dibaca : 552 kali

Penyakit parkinson pernah menyerang mantan Presiden Amerika Serikat George Bush dan petinju legendaris dunia Muhammad Ali, serta beberapa tokoh terkenal. Bagaimana gejala, penyebab, dan pengobatan penyakit yang menyerang sistem saraf ini?

Penyakit parkinson menyerang sistem saraf manusia secara bertahap. Penderita penyakit ini bisa mulai mengalami gejala awal parkinson pada usia 40-an, 60-an, atau di atas itu. Mantan Presiden Amerika Serikat George Bush, misalnya. Ia menderita penyakit parkinson vascular, salah satu jenis parkinson yang umumnya menyerang orang di atas 60 tahun, pada saat berusia 90 tahun.  

Menurut dugaan para ahli, penyebab vascular parkinsonism pada umumnya adalah karena hilangnya sel-sel saraf secara bertahap. Bisa juga disebabkan oleh satu atau lebih mini stroke.  

Sementara itu, petinju legendaris dunia Muhammad Ali juga diketahui sebagai salah seorang penderita penyakit parkinson. Sejak berusia 42 tahun, setelah mundur dari karir dunia tinju, ia didiagnosis menderita penyakit parkinson. Selama 32 tahun sang legenda olahraga keras ini hidup bersama penyakit parkinson hingga akhir hayatnya. 

Siapa saja yang pernah menderita penyakit parkinson? 

Beberapa orang terkenal di dunia pernah hidup dengan penyakit parkinson pada masa tua mereka hingga ajal menjemput. Tak seorang pun berhasil sembuh dari penyakit parkinson. 

Para pesohor tersebut, diantaranya, adalah aktor Michael J.Fox dan Robin Williams,  musisi Linda Ronstadt yang terkenal dengan lagu Don’t Know Much,  senator tiga periode Partai Republik Amerika Serikat Johnny Isakson, Jaksa Penuntut Umum wanita pertama di AS Janet Reno, seniman Charles M.Schulz pencipta karakter komik Charlie Brown, Lucy van Pelt, Snoopy, Schroeder dan Linus van Pelt dalam komik strip. 

Apa yang disebut penyakit parkinson ?

Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologis progresif. Tanda-tanda awal gejalanya berupa masalah dengan gerakan. Adalah zat di dalam otak yang bernama dopamin yang memungkinkan terkoordinasinya gerakan otot tubuh secara halus. Dopamin diproduksi oleh bagian otak yang bernama substantia nigra. 

Pada penderita penyakit parkinson, sel-sel substansia nigra tersebut mulai mati. Ketika ini terjadi, kadar dopamin berkurang. Ketika dopamin sudah turun 60 hingga 80 persen, melansir Healthline, gejala parkinson mulai muncul.

Gejala penyakit parkinson 

Para ahli mengatakan bahwa gejala awal parkinson pada umumnya cenderung ringan dan tidak disadari oleh penderita. Adapun gejala utama yang dialami penderita penyakit parkinson adalah tremor atau gemetar, melambatnya gerakan tubuh, dan otot-otot menjadi kaku. 

Tremor yang terjadi biasanya hanya pada satu sisi badan. Yaitu, umumnya, terjadi pada tangan. Sedangkan dari cara berjalan, penderita penyakit parkinson akan melangkah lambat dengan kaki diseret dan disertai langkah kaki yang tidak stabil.

Gejala penyakit parkinson stadium 1-5  

Penyakit parkinson menyerang saraf otak penderita secara perlahan, yang dimulai dari stadium 1 sampai stadium 5. Pada stadium 1, gejala penyakit parkinson tergolong ringan dan tidak mengganggu aktivitas penderita. 

Jangka waktu peningkatan gejala dari stadium 1 ke stadium 2 berbeda-beda untuk setiap penderita, bisa dalam hitungan bulan atau tahun. Pada fase stadium 2, gejala penyakit parkinson mulai terlihat.

Gejala mulai terlihat semakin jelas pada stadium 3. Penderita penyakit parkinson mulai melambat gerakan tubuhnya, dan mulai mengganggu aktivitas penderita. 

Pada stadium 4, penderita mulai mengalami kesulitan berdiri atau berjalan. Gerak tubuh semakin melambat, sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk menunjang aktivitasnya. 

Pada stadium 5,  penderita semakin sulit atau bahkan tidak bisa berdiri sama sekali. Selain itu, bisa disertai delusi dan halusinasi.

Pengobatan penyakit parkinson

Pemberian obat-obatan kepada penderita penyakit parkinson dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengendalikan gejalanya. Selain itu, mungkin dapat dilakukan pembedahan. Namun tindakan pengobatan tersebut tidak bisa menyembuhkan penyakit parkinson.   

Jenis obat-obatan yang diberikan adalah sebagai berikut: 

  1. Levodopa. Pengobatan ini paling umum diberikan, bertujuan untuk membantu mengisi dopamin. Penderita biasanya akan diberikan  karbidopa untuk menunda pemecahan levodopa yang akan meningkatkan ketersediaan levodopa di darah pada otak. 

  2. Agonis Dopamin, yakni obat untuk meniru aksi dopamin di otak. Meski tak seefektif levodopa, tetapi obat ini bermanfaat sebagai obat penghubung apabila levodopa kurang efektif. 

  3. Antikolinergik, yakni untuk memblokade sistem saraf parasimpatis yang bisa membantu mengatasi kekakuan. 

  4. Amantadine (Symmetrel), yakni obat penghambat glutamat untuk membantu dalam jangka pendek pada gerakan tak sadar (dyskinesia).

  5. Penghambat Katekol O-methyltransferase (COMT), yakni, untuk membantu memperpanjang efek levodopa. 

  6. Penghambat MAO B, yakni obat yang berfungsi menghambat enzim monoamine oxidase B atau enzim yang dapat memecah dopamin di otak. 

Pembedahan 

Setelah diberikan obat, terapi, dan melakukan perubahan pola hidup namun pasien tidak menunjukkan respon yang baik, maka tindakan operasi atau pembedahan bisa saja dilakukan. 

Jenis operasi tersebut, adalah : 

  1. Simulasi otak dalam, yakni, proses penanaman elektroda di bagian tertentu dengan tujuan untuk mengurangi gejala.

  2. Pump deliver therapy atau operasi yang dilakukan dengan meletakkan pompa di dekat usus kecil, bertujuan untuk menghasilkan kombinasi levodopa dan karbidopa. 

Mencegah penyakit parkinson dengan ikut kelas tinju 

Langkah pencegahan lebih baik dilakukan sebelum penyakit parkinson perlahan-lahan mematikan sel-sel otak. Mungkin kamu ketawa mendengar ide mengikut kelas latihan bertinju ini. Apalagi kamu tahu bahwa mantan juara dunia tinju Muhammad Ali mengidap penyakit parkinson. Namun, lebih dari 3000 orang di Amerika Utara, seperti dilansir Healthline, mengikuti program kelas tinju parkinson. 

  • Apa itu tinju untuk penderita penyakit parkinson?  

Kelas tinju parkinson adalah sesi latihan tanpa pertarungan, atau tidak perlu lawan tanding. Latihan ini untuk membantu meningkatkan koordinasi tangan dengan mata, kelincahan, kecepatan, daya tahan, dan kekuatan. Durasi latihannya, sekitar 30 hingga 90 menit. 

Latihan ini berupa  peregangan dan pemanasan, memukul samsak dengan cepat dan samsak berat, bergerak di sekitar ring, latihan gerak kaki dan kelincahan, lompat tali, latihan untuk meningkatkan kebugaran secara keseluruhan, latihan inti, senam dan latihan sirkuit, dan latihan vokal. 

  • Manfaat 

Penyakit parkinson terjadi ketika neuron yang menghasilkan neurotransmitter dopamin mulai mati di bagian otak yang disebut substantia nigra. Olahraga dan tinju dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit parkinson karena menyebabkan perubahan neurologis di otak. 

Benarkah olahraga tinju dapat mencegah penyakit parkinson? 

Penelitian terhadap hewan menunjukkan, olahraga mungkin memiliki efek neuroprotektif pada otak dengan meningkatkan produksi faktor neurotropik yang diturunkan dari otak dan faktor pertumbuhan yang mendorong pertumbuhan sel-sel otak.

Penelitian lainnya pada hewan menemukan bahwa olahraga dapat membatasi penipisan neuron penghasil dopamin di substansia nigra. Olahraga juga dapat meningkatkan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan perubahan tingkat dopamin dan neurotransmitter lain yang disebut glutamat.

  • Penelitian awal terhadap penderita penyakit parkinson 

Sebuah penelitian di tahun 2013 terhadap 31 orang dewasa penderita penyakit parkinson, mencoba membandingkan kelompok yang ikut pelatihan tinju dengan kelompok latihan tradisional, dan bagaimana fungsi dan kualitas hidup mereka setelah menjalani latihan masing-masing. 

Kesimpulan penelitian itu adalah sebagai berikut: 

  • Kedua kelompok mengalami peningkatan dalam keseimbangan, gerak, dan kualitas hidup. 

  • Hanya kelompok tinju yang mengalami peningkatan dalam gaya berjalan, kecepatan, dan daya tahan. 

  • Kelompok latihan tradisional memiliki keuntungan yang lebih besar secara signifikan dalam keseimbangan rasa percaya diri. 

Pada penelitian sebelumnya, para peneliti memeriksa efek sesi tinju reguler pada gejala penyakit parkinson dari kelompok yang terdiri dari enam orang peserta. Para peserta menghadiri 24 hingga 36 sesi tinju selama 12 minggu dengan opsi untuk melanjutkan selama 24 minggu tambahan. Setiap sesi 90 menit terdiri dari latihan tinju, peregangan, penguatan, dan pelatihan daya tahan.

Para peneliti menemukan bahwa para peserta menunjukkan peningkatan jangka pendek dan jangka panjang dalam keseimbangan, gaya berjalan, aktivitas sehari-hari, dan kualitas hidup.

Namun, latihan tinju bukanlah pilihan tepat bagi pengidap penyakit jantung dan kondisi lain yang mungkin menghalangi untuk menjalani latihan intensitas tinggi.  Latihan yang lebih ringan, dapat dipilih. Misalnya dengan latihan senam aerobik, atau melakukan kegiatan berkesenian seperti melukis, membuat kerajinan tangan, menguntai manik-manik, dan lain sebagainya. 

__________________________  

Referensi :

Loscalzo J, et al., eds. Parkinson's disease. In: Harrison's Principles of Internal Medicine. 21st ed. McGraw Hill; 2022. https://accessmedicine.mhmedical.com (diakses pada 2021).

Parkinson's disease: Hope through research. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. https://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-Education/Hope-Through-Research/Parkinsons-Disease-Hope-Through-Research (diakses pada 2021).

Ferri FF. Parkinson disease. In: Ferri's Clinical Advisor 2022. Elsevier; 2022. https://www.clinicalkey.com. (diakses pada 2022).

Chou KL. Diagnosis and differential diagnosis of Parkinson disease. https://www.uptodate.com/contents/search (diakses pada 2021).

Hornykiewicz O. The discovery of dopamine deficiency in the parkinsonian brain. Journal of Neural Transmission Supplementum. 2006; doi:10.1007/978-3-211-45295-0_3.

Spindler MA, et al. Initial pharmacologic treatment of Parkinson disease. https://www.uptodate.com/contents/search (diakses pada 2021).

Relaxation techniques for health. National Center for Complementary and Integrative Health. https://nccih.nih.gov/health/stress/relaxation.htm (diakses pada 2021).  

Taghizadeh M, et al. The effects of omega-3 fatty acids and vitamin E co-supplementation on clinical and metabolic status in patients with Parkinson's disease: A randomized, double-blind, placebo-controlled trial. Neurochemistry International. 2017; doi:10.1016/j.neuint.2017.03.014.

Parkinson's disease: Fitness counts. Parkinson's Foundation. http://www.parkinson.org/pd-library/books/fitness-counts. Accessed April 4, 2022.Green tea. Natural Medicines. https://naturalmedicines.therapeuticresearch.com  (diakses pada 2021).

Green tea. Natural Medicines. https://naturalmedicines.therapeuticresearch.com (diakses pada 2021).

Tarsy D. Nonpharmacologic management of Parkinson disease. https://www.uptodate.com/contents/search (diakses pada 2022).

Caffeine. Natural medicines. https://naturalmedicines.therapeuticresearch.com (diakses pada 2021).

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com