Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Perbedaan Gejala DBD dengan COVID 19

Artikel dipublikasikan : 13 Oktober 2021 06:33
Dibaca : 496 kali

Demam berdarah dengue atau DBD bisa menyebabkan kematian. Hal ini terjadi karena adanya  kebocoran plasma darah. Yakni kondisi dimana melebarnya celah antar sel di pembuluh darah sehingga plasma darah akan keluar dari pembuluh darah. 

Seperti diketahui, darah terdiri dari dua bagian. Yakni:  plasma dan sel darah. Plasma adalah cairan yang ada di dalam darah. Jika plasma darah  keluar atau peristiwa kebocoran pembuluh darah,  maka darah akan menjadi lebih kental dikarenakan sel darah terkonsentrasi lebih banyak dari biasanya. Komplikasi pengentalan darah itulah yang menyebabkan kematian karena gejala DBD. 

Darah kental akan mengalami kesulitan untuk dialirkan ke seluruh tubuh yang mengakibatkan organ-organ tubuh akan kekurangan pasokan oksigen dari darah. Lalu gangguan fungsi organ-organ tubuh tersebut pun berlangsung. Jika terlambat ditangani, pasien akan mengalami multi organ dan akhirnya meninggal. 

Jadi, jangan pandang enteng DBD. Kenalilah gejala demam berdarah dengue dengan benar. Apa pula bedanya gejala demam DBD dengan demam COVID 19 ? 

Gejala demam berdarah dengue

Virus demam berdarah dengue menginfeksi penderita melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes Albopictu. Virus yang masuk ke tubuh itu akan menimbulkan gejala demam berdarah. Gejala yang dirasakan oleh penderita DBD adalah sebagai berikut: 

1. Demam tinggi mendadak

Bila terserang demam tinggi hingga  40 derajat celcius, dan berlangsung dalam dua sampai tujuh hari, maka berhati-hatilah. Boleh jadi itu merupakan DBD. 

Gejala demam tinggi yang datang tiba-tiba dapat dibedakan menjadi dua. Pertama,  adalah gejala demam tinggi yang disertai dengan bersin atau batuk. Gejala demam tinggi seperti itu bukanlah DBD. 

Kedua,  adalah gejala demam tinggi yang tidak disertai oleh  bersin atau batuk. Gejala demam tinggi seperti ini  merupakan gejala demam berdarah dengue. 

Baca Juga: 3 Cara Mencegah Demam Berdarah

2. Otot-otot rasanya nyeri

Selain demam, pasien DBD akan merasakan nyeri otot pada beberapa bagian tubuh dan persendian, dan disertai dengan tubuh menggigil dan berkeringat. Nyeri otot yang terjadi bersamaan dengan demam tinggi dan sakit kepala umumnya berlangsung pada 4 hingga 10 hari awal saat virus dengue memasuki tubuh. 

3. Sakit kepala yang parah 

Sakit kepala parah di sekitar dahi merupakan gejala demam berdarah dengue, khusunya, apabila disertai dengan rasa nyeri di bagian belakang mata, dan terjadi beberapa jam setelah demam tinggi.

4. Mual dan muntah 

Mual dan muntah terjadi karena adanya gangguan pencernaan. Gejala ini akan terjadi pada setiap penderita DBD, baik anak-anak ataupun orang dewasa. Bukan hanya terasa tidak nyaman di perut, namun juga di punggung. Gejala mual dan  muntah pada penderita DBD akan terjadi selama 2-4 hari, setelah tubuh terpapar virus. 

5. Kelelahan

Kelelahan yang terjadi pada penderita DBD disebabkan karena masalah pencernaan yang berakibat pada  turunnya selera atau nafsu makan. Dengan demikian, asupan makanan dan minuman akan sangat berkurang, sistem imun akhirnya melemah, tubuh pun mengalami kelelahan. 

6.Ruam Merah

Salah satu ciri khas geja DBD yang terlihat di kulit tubuh adalah timbulnya ruam merah, agak  berwarna pink pucat,  di wajah, dada, tangan, dan kaki. Gejala DBD ini biasanya dimulai pada hari ketiga dan berlangsung selama 2-3 hari.

Baca Juga: Perbedaan Gejala DBD dengan COVID 19

Tiga fase DBD

Selain mengenali gejala demam berdarah dengue, anda juga perlu mengetahui tiga fase yang dialami oleh penderita DBD.  

1. Fase demam

Fase awal dari DBD adalah fase demam, dimana pasien mengalami demam tinggi hingga 40 derajat Celsius selama 2-7 hari. Selain itu, juga disertai dengan gejala mual, muntah, sakit kepala, sakit tenggorokan, muncul bintik-bintik kemerahan di kulit, serta nyeri otot, tulang, dan sendi. 

Pada fase demam, trombosit akan  mengalami penurunan dengan cepat sampai dengan kurang dari 100.000 per mikroliter darah, hanya dalamw aktu 2-3 hari. 

2. Fase kritis 

Setelah melewati fase demam, suhu tumbuh mulai turun. Inilah fase yang berbahaya bagi penderita DBD. Sebab kebocoran plasma darah berlangsung pada fase kritis ini. Sementara pasien merasa sudah sembuh karena demamnya sudah berkurang. 

Fase kritis terjadi dalam 3-7 hari sejak demam, berlangsung selama 24-48 jam. Cairan tubuh penderita harus dipantau ketat selama fase kritis ini. Kekurangan maupun kelebihan cairan akan membahayakan keselamatan tubuh pasien. Dalam sejumlah kasus yang pernah terjadi, pasien DBD mengalami syok atau penurunan tekanan darah yang drastis, perdarahan terjadi pada kulit, hidung, dan gusi. Apabila terlambat ditangani,  kondisi ini dapat berujung pada kematian.

3. Fase pemulihan

Bila dapat  melewati fase kritis, pasien akan memasuki fase pemulihan. Fase ini akan terjadi 48-72 jam setelah fase kritis.

Cairan yang keluar dari pembuluh darah akan kembali masuk ke dalam pembuluh darah. Sehingga perlu dikontrol dan dijaga agar cairan yang masuk tidak berlebihan atau terlampau banyak. Cairan yang berlebih dalam pembuluh darah dapat menyebabkan kematian akibat gagal jantung dan edema paru.

Pada fase pemulihan, kadar trombosit meningkat dengan cepat hingga mencapai angka sekitar 150.000 per mikroliter darah. Dan selanjutkan trombosi akan kembali ke kadar normal.

Perbedaan pola dengan demam COVID 19

Demam dengue terjadi akibat diremia atau beredarnya virus di dalam darah. Demam  ini sulit diturunkan oleh obat. Penyebab demam akan berada terus dalam darah selama sampai  kurang lebih 3 hari. 

Obat penurun panas tidak mempan mengatasi gejala demam berdarah dengue. Pasien akan banyak mengeluarkan keringat karena efek samping dari obat penurun panas. Namun, karena demamnya menetap di dalam darah, demam tinggi akan kembali terjadi. 

Ada masa  inkubasi selama 5-10 hari, sebelum seseorang mengalami demam dengue. Jadi penularan dengue tidak terjadi seketika. Masa inkubasi adalah fase saat virus masuk ke dalam darah namun belum menimbulkan gejala sampai kemudian jumlah virus cukup banyak dan beredar di dalam darah kemudian menimbulkan penyakit atau demam.

Pada  gejala demam COVID 19, gejala demam bisa disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan, seperti sesak napas, batuk, susah menelan, anosmia atau kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau. 

Demam pada COVID 19 pola demamnya tidak serupa dengan DBD yang mendadak dan langsung tinggi. Demam COVID 19 bisa berlangsung sampai 5 atau 7 hari, disertai batuk pilek yang lebih dominan dan makin tambah sesak, serta saturasi oksigen yang menurun. 

Baca Juga: Kenali Gejala dan Tanda DBD Pada Anak

Telekonsultasi dengan dokter 

Jika anda merasa ragu, apakah demam yang sedang dialami saat ini adalah demam DBD, atau demam COVID 19, atau demam biasa, sebaiknya konsultasikan keada dokter. Di aplikasi OkeKlinik anda dapat berkonsultasi jarak jauh atau telekonsultasi dengan dokter. Fitur chat dan video call yang kami sediakan di sini bisa dipergunakan untuk berkonsultaso secara daring dengan dokter. OkeKlinik membawa klinik ke rumah anda. Download aplikasi android OkeKlinik di Play Store, lalu anda mulai dengan melakukan registrasi sebelum memilih dokter dan  berkonsultasi.   

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com