Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Seberbahaya Apakah Ketika Telur Lalat Menempel di Makanan?

Artikel dipublikasikan : 12 Mei 2023 16:48
Dibaca : 2233 kali

Foto : Freepik

Lalat adalah serangga yang bisa menyebabkan berbagai macam penyakit. Biasanya, lokasi bertelurnya sangat dekat dengan kita. Yaitu bisa jadi di dalam rumah atau di tempat sampah yang ada di halaman. Seberapa bahayanya bila telur lalat menempel di makanan yang Anda konsumsi?

Apabila lalat masuk ke dalam rumah, kebersihan menjadi tidak terjaga. Perasaan jijik akan langsung ada ketika mereka berterbangan kesana-kemari di dalam rumah. 

Perkembangan hewan ini dimulai pada saat masih menjadi telur. Proses penetasan ini hanya butuh waktu 24 jam tetapi telur yang menetas jumlahnya bisa hingga ratusan dalam sekali waktu. Apabila bayi lalat menjadi dewasa tentu akan sangat mengganggu. Telur-telur yang dikeluarkan oleh induk lalat tersebut kemudian akan berkembang menjadi larva yang kita kenal dengan sebutan belatung.  

Mendengar kata belatung saja pasti anda sudah merasa jijik karena membayangkan bentuknya. Belatung adalah larva lalat  yang memiliki tubuh yang lunak dan tidak memiliki kaki, sehingga terlihat seperti cacing. Mereka biasanya memiliki kepala yang lebih kecil yang dapat ditarik kembali ke dalam tubuh. 

Belatung umumnya mengacu pada larva yang hidup di daging busuk atau sisa-sisa jaringan hewan dan tumbuhan. Beberapa spesies memakan jaringan hewan yang sehat dan materi tumbuhan hidup. 

Perlu diketahui bahwa ada alasan kenapa belatung tersebut memilih bangkai, makanan, atau tempat sampah untuk menaruh telur-telur tersebut. Tujuannya adalah agar ketika mereka sudah menetas dan menjadi belatung, belatung atau larva-larva ini tidak akan kekurangan makanan. Mereka bisa cepat dewasa dengan mengonsumsi makanan yang ada di sekitarnya. 

Maka dari itu, perlu tindakan yang tepat sejak awal untuk mengatasi berkembang biaknya lalat. Makanan yang terlanjur dihinggapi oleh lalat kemungkinan akan membusuk dan penuh dengan bakteri. 

Beberapa resiko penyakit yang akan Anda alami bila  secara tidak sengaja menelan telur lalat, yaitu sebagai berikut:

  • Myiasis

Myiasis adalah infeksi yang terjadi ketika telur menetas di makanan yang kemudian berkembang menjadi  belatung, lalu akan menyerang dan memakan jaringan hidup hewan atau manusia. Hal ini paling umum di daerah tropis dan subtropis. Orang yang berisiko mengalami hal ini biasanya tidak menjaga kebersihan. Larva dapat menetap di daerah mulut yang kebersihannya buruk.

Tidak sengaja makan telur lalat juga dapat membuat organ dalam dan jaringan rentan terhadap larva, meskipun myiasis lebih sering terjadi di bawah kulit. Belatung penyebab myiasis dapat hidup di lambung dan usus serta mulut. Ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang serius dan memerlukan perhatian medis.

  • Infeksi bakteri

Lalat dapat menghinggapi berbagai makanan setiap saat di mana hewan tersebut juga membawa bakteri berbahaya yang sering didapatkan pada kotoran hewan dan manusia.

Saat lalat bertelur, telur-telur tersebut juga memiliki kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri berbahaya, seperti Escherichia coli (E. Coli) dan Salmonella.

Tidak sengaja mengonsumsi makanan yang terdapat telur lalat dengan kandungan bakteri, dapat membuat tubuh menjadi tidak sehat.

Memakan belatung atau makanan yang dipenuhi belatung dapat menyebabkan keracunan bakteri. Sebagian besar makanan yang mengandung belatung tidak aman untuk dimakan, terutama jika larva tersebut telah bersentuhan dengan kotoran. 

Beberapa lalat menggunakan kotoran hewan dan manusia sebagai tempat perkembangbiakan. Mereka juga berkembang biak di atas sampah atau bahan organik yang membusuk. Mungkin lalat terkontaminasi bakteri Salmonella enteritidis dan Escherichia coli. 

Gejala infeksi E. coli meliputi demam, diare, mual atau muntah, dan kram. Gejala salmonella serupa. Kedua kondisi tersebut juga dapat menyebabkan tinja berdarah dan kelelahan.

Berikut gejala yang umum terjadi:

  • Kram perut

  • Mual dan muntah

  • Diare

  • Demam

Jika sudah mengalami beberapa gejala di atas, terutama diare, pastikan kebutuhan cairan tubuh terpenuhi agar tubuh tidak mengalami dehidrasi.

  • Alergi

Beberapa orang mungkin alergi terhadap belatung. Jenis larva tertentu telah terbukti menyebabkan gejala pernapasan dan asma, missal, pada orang yang memakai  larva untuk digunakan sebagai umpan ikan hidup atau yang terpapar di tempat kerja. 

Dermatitis kontak juga telah dilaporkan. Telah disarankan bahwa Anda mungkin mengalami reaksi alergi jika memakan larva yang telah terpapar atau mengonsumsi makanan yang membuat Anda alergi. Penelitian ilmiah diperlukan untuk mengklarifikasi pandangan ini.

Sebenarnya telur lalat sendiri tidak menimbulkan reaksi alergi, akan tetapi telur tersebut memiliki kemungkinan telah terpapar alergen sebelumnya, yang menjadi pemicu reaksi alergi pada tubuh.

Cara tepat mengatasi perkembangbiakan telur lalat

Untuk mengatasi dan mengurangi dampak perkembangbiakan telur mereka, Anda bisa melakukan usaha mandiri di rumah dan meminta bantuan orang lain.

Usaha mandiri yang bisa dilakukan di rumah untuk mencegah perkembangbiakan lalat adalah:

  • Menjaga kebersihan rumah.

  • Menutup makanan agar lalat tidak bisa menempel. 

  • Menyimpan bahan makanan dengan baik dan bersih. Pastikan bebas dari telur lalat. 

  • Membuang sampah tepat waktu (tidak menumpuk dan menunda membuang sampah). Sering menyapu dan mengepel rumah anda. 

  • Membuka pintu, jendela, dan ventilasi agar sirkulasi udara lancar dan tidak lembab.

  • Menyemprotkan desinfektan di tempat sampah dan tempat-tempat tertentu yang memungkinkan dihinggapi lalat. 

  • Mencuci bersih bahan makanan, buah, dan sayur yang hendak anda dimasak.

  • Memelihara tanaman pengusir lalat. Dapat membantu mencegah hadirnya lalat. 

  • Memakai pengharum ruangan, misalnya yang berbau lavender dan sereh karena tidak disukai lalat.

  • Menjemur pakaian dibawah sinar matahari, ini akan mematikan larva yang secara tidak sengaja menempel di pakaian anda. 

______________ 

Referensi :

John D, Petri W. edisi ke-9. Missouri: Saunders Elsevier; 2006. Parasitologi Medis Markell and Voge; hlm. 328–34. [ Google Cendekia ]

Frederick William Hope: "Pengantar Myiasis." Museum Sejarah Alam London. [Terakhir diakses pada 2012 12 Agustus]. Tersedia dari: http://www.nhm.ac.uk/researchcuration/research/projects/myiasis-larvae/intro-myiasis/index.html .

Zumpt F. London: Butterworths and Co.ltd; 1965. Myiasis pada Manusia dan Hewan di Dunia Lama. [ Google Cendekia ]

Bilal Dİ, Uğur US, Nermin IŞ. Myiasis pada hewan dan manusia di Turki. J Facul Vet Med. 2012; 18 :37–42. [ Google Cendekia ]

Sehgal R, Bhatti HP, Bhasin DK, Sood AK, Nada R, Malla N, dkk. Myiasis usus karena Musca domestica: Sebuah laporan dari dua kasus. Jpn J Menginfeksi Dis. 2002; 55 :191–3. [ PubMed ] [ Google Scholar ]Manca G, et al. (2015). Comparison of γ-aminobutyric acid and biogenic amine content of different types of ewe’s milk cheese produced in Sardinia, Italy. 

Sujata DN, et al. (2016). Oral myiasis: A case report

Wang Y-S, et al. (2017). Review of black soldier fly (Hermetia illucens) as animal feed and human food. 

Carreño SP, et al. (2003). Allergy to asticot maggots. Identification of allergens.

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com