Download OkeKlinik App

Temukan Dokter

Komunikasikan masalah kesehatan dengan mudah

Hidup Sehat

Waspadai Gejala Demam Tifoid, Begini Pencegahannya!

Artikel dipublikasikan : 24 Januari 2023 18:21
Dibaca : 3843 kali

Foto : Freepik

Demam tifoid atau sering disebut dengan tipes merupakan penyakit infeksi akibat bakteri Salmonella typhi. Demam tinggi dengan gejala mirip flu dan diare ini dapat menular, bahkan mengancam jiwa. 

Penulis : Sholahudin Achmad 

Demam tifoid adalah penyakit infeksi. Pada umumnya penyakit ini menular lewat makanan atau minuman yang tercemar feses atau urine penderita. Jika tidak ditangani secara tepat, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.

Banyak terjadi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, demam tifoid tergolong penyakit endemik. Diperkirakan 500 dari tiap 100.000 penduduk Indonesia terserang demam tifoid setiap tahunnya.

Meski juga disebabkan oleh bakteri Salmonella, demam tifoid berbeda dengan infeksi Salmonella (salmonelosis). Salmonellosis disebabkan oleh bakteri Salmonella, sedangkan demam tifoid disebabkan oleh salah satu jenis bakteri Salmonella, yaitu Salmonella typhi.

Berbeda dengan tifus atau typhus 

Selain itu, perlu dipahami bahwa demam tifoid atau tipes juga berbeda dengan tifus atau typhus. Penyebab tifus adalah bakteri Rickettsia dan Orientia.

Penyebab 

Seperti telah disebutkan di atas, penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini dapat masuk dan berkembang di dalam usus setelah seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja atau urine penderita demam tifoid.

Salmonella typhi juga dapat menular dari penderita yang sudah tidak ada gejala tetapi masih membawa bakteri tersebut. Hal ini terjadi karena penyembuhan belum dilakukan secara total sehingga Salmonella typhi masih tersisa di dalam usus dan dapat menular ke orang lain.

Faktor resiko 

Demam tifoid lebih sering menyerang anak-anak. Meski demikian ada sejumlah faktor lain yang dapat meningkatkan resiko seseorang terserang demam tifoid. 

Faktor resiko tersebut adalah diantaranya meliputi :

  • Kunjungan atau bekerja di daerah dengan kasus demam tifoid yang tinggi

  • Memiliki kontak langsung dengan penderita demam tifoid

  • Bermukim dalam lingkungan kotor dengan sanitasi yang buruk

  • Tenaga kesehatan yang menangani penderita demam tifoid

  • Makan sayur atau buah yang tidak dicuci bersih

  • Memakai toilet yang digunakan penderita demam tifoid 

  • Tidak mencuci tangan setelah gunakan toilet yang digunakan penderita demam tifoid

  • Mengonsumsi seafood dari air yang terkontaminasi bakteri

  • Seks oral dengan penderita demam tifoid

Gejala 

Pada umumnya gejala demam tifoid timbul dalam waktu tujuh sampai 14 hari setelah penderita terinfeksi bakteri Salmonella typhi. Waktu berlangsungnya gejala ini tergantung pada perkembangan penyakit.

Adapun gejala awal dari penderita demam tifoid adalah berupa :

  • demam yang meningkat secara bertahap hingga mencapai 39–40°C

  • nyeri otot

  • sakit kepala

  • keringat berlebih

  • batuk kering

  • lelah dan lemas

  • sakit perut

  • sembelit

  • hilang nafsu makan

  • berat badan menurun

  • pembengkakan di perut

  • ruam kemerahan di kulit

Pada saat penyakit ini semakin memburuk, demam tifoid dapat menimbulkan gejala lanjutan berupa : 

  • menggigil

  • linglung atau mengigau

  • halusinasi

  • diare

  • BAB berdarah

  • sulit berkonsentrasi

  • tubuh terasa sangat lelah

Kapan harus ke dokter?

Apabila Anda atau orang terdekat mengalami gejala seperti di atas, segera pergi ke dokter. Apalagi bila Anda baru bepergian ke daerah dengan kasus penyebaran demam tifoid yang tinggi. Perlu disadari bahwa orang yang telah mendapatkan vaksin tifoid tetap berisiko terserang demam tifoid.

Meski hampir sama dengan gejala infeksi lain, namun Anda tetap harus memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami gejala demam tifoid. Pemeriksaan sejak dini penting dilakukan untuk memastikan kondisi dan mencegah risiko terjadinya komplikasi.

Diagnosis 

Berikut adalah yang akan dilakukan oleh dokter saat mendiagnosis pasien demam tifoid :  

  • tanya jawab mengenai gejala, serta riwayat kesehatan dan perjalanan pasien

  • melakukan pemeriksaan fisik dengan mengukur suhu tubuh

  • melihat ruam kemerahan di kulit

  • menekan perut untuk memeriksa pembengkakan di hati atau limpa

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan lanjutan berupa : 

  • Tes darah, urin, dan tinja, untuk mendeteksi keberadaan bakteri Salmonella typhi.

  • Aspirasi sumsum tulang, untuk lebih memastikan keberadaan bakteri Salmonella typhi dari hasil tes darah, urin, dan tinja, tetapi tes ini jarang dilakukan.

  • Tes Widal, untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi.

  • Tes TUBEX TF, untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi dengan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan tes Widal.

Pada daerah endemik demam tifoid, seperti Indonesia, hampir semua penduduknya pernah terpapar bakteri Salmonella typhi. Dengan demikian, tubuh secara alamiah membentuk antibodi terhadap bakteri tersebut.

Mengingat tes Widal bekerja dengan mendeteksi antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi, tes ini dapat memberikan hasil positif meskipun pasien tidak menderita demam tifoid. Oleh karena itu, dalam menentukan hasil tes, dokter akan lebih berhati-hati agar mendapatkan diagnosis yang akurat.

Cara mengobati demam tifoid

Cara mengobati demam tifoid tergantung pada tingkat keparahan penyakitnya. Apabila demam tifoid terdeteksi lebih awal dan hanya menimbulkan gejala ringan, pasien dapat melakukan perawatan mandiri di rumah. Umumnya, dokter akan memberikan beberapa obat-obatan berikut:

  • Antibiotik, seperti ciprofloxacin, ceftriaxone, dan azithromycin, untuk mengatasi infeksi bakteri, yang harus diminum selama 2−3 minggu

  • Obat penurun demam, seperti paracetamol

Namun perlu diketahui bahwa bakteri Salmonella typhi banyak yang telah resisten terhadap antibiotik chloramphenicol, ampicillin, dan co-trimoxazole. Oleh karena itu, obat antibiotik harus diresepkan oleh dokter dan diminum oleh pasien hingga tuntas, serta dievaluasi oleh dokter.

Apabila mengalami gejala berat, pasien perlu dirawat di rumah sakit. Dokter akan memberikan antibiotik melalui suntikan dan cairan infus untuk mencegah terjadinya dehidrasi

Bila perlu dokter juga dapat melakukan operasi, terutama bila pasien mengalami perdarahan atau robekan di saluran pencernaan.

Selama masa pengobatan, pasien diminta untuk : 

  • Tidak melakukan aktivitas yang berat

  • Beristirahat yang cukup

  • Makan dengan porsi yang kecil, tetapi sering

  • Mengonsumsi makanan yang lunak dan tidak pedas bila tidak bisa mengonsumsi makanan padat

  • Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin

  • Minum air putih yang cukup

Pencegahan 

Upaya pencegahan demam tifoid, salah satunya, adalah dengan mendapatkan vaksin tifoid. Vaksin ini terdapat dalam program imunisasi pemerintah. Biasanya vaksin diberikan kepada anak usia 2–12 tahun, tetapi bisa juga vaksin tifoid diberikan kepada orang dewasa yang berisiko terserang demam tifoid.

Selain vaksinasi, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara :

  • Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

  • Menghindari konsumsi buah dan sayuran mentah yang tidak dicuci dengan air bersih

  • Memastikan air yang akan diminum telah direbus hingga matang

  • Menghindari konsumsi makanan mentah atau belum matang sempurna

  • Membatasi konsumsi jajanan dan minuman yang dijual di pinggir jalan

___________________________ 

Referensi :

Crump, J. (2019). Progress in Typhoid Fever Epidemiology. Clinical Infectious Diseases: An Official Publication of the Infectious Diseases Society of America, 68(Suppl 1), pp. S4–S9.

Purba, I. et al. (2016). Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: Tantangan dan Peluang. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 26(2), pp. 99–108.

Centers for Disease Control and Prevention (2022). Typhoid Fever and Paratyphoid Fever. Symptoms and Treatment.

Centers for Disease Control and Prevention (2019). Vaccine Information Statements (VISs). Typhoid VIS.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (2015). Melengkapi/Mengejar Imunisasi (Bagian I).

National Health Service UK (2021). Health A to Z. Typhoid Fever.

Cleveland Clinic (2018). Disease & Conditions. Typhoid Fever.

Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Typhoid Fever.

Stöppler, M. Emedicine Health (2022). 

Typhus. Dersakissian, C. Web MD (2021). Typhoid Fever.

Brusch, J. Medscape (2022). Typhoid Fever.

Hubungi Kami
Teras Mahakam (sebelah hotel Gran Mahakam)
Jl. Mahakam No.8, RT.1/RW.7, Kramat Pela,
Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12130
0217392285
business.support@okeklinik.com
help@okeklinik.com